
JAKARTA – Ciri khas dari dakwah yang benar, ialah selalu menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah (hadis-hadis Nabi shallallahu’alaihi wa sallam) sebagai sumber rujukan utama di dalam dakwah, yang sesuai dengan pemahaman para sahabat Nabi radhiyallahu’anhum ajma’in.
Dakwah merupakan kewajiban setiap Muslim untuk menyampaikan kebenaran dan mengajak kepada jalan Allah. Dalam melaksanakan dakwah, seorang Muslim harus berpegang teguh pada sumber utama ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kedua sumber ini menjadi pedoman yang sempurna dan tidak tergantikan dalam mengarahkan umat manusia menuju kehidupan yang diridhai Allah.
Sebagai contoh, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam memulai dakwah dengan mengajak keluarga terdekat sebelum meluas kepada masyarakat. Beliau juga menunjukkan keteladanan dalam sikap dan tindakan, sehingga menarik banyak orang untuk menerima Islam.
Dakwah bukan hanya tugas, tetapi juga bentuk ibadah dan pengabdian kepada Allah. Dengan berpegang pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, seorang muslim akan mampu menyampaikan risalah Islam dengan benar, membawa manfaat bagi umat, dan mendapatkan ridha Allah.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda,
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا: كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ رَسُولِهِ.
“Telah aku tinggalkan dua perkara yang mana kalian tidak akan pernah tersesat apabila berpegang dengan keduanya, yaitu: Kitabullah (Al-Qur’an) dan sunnah Rasul-Nya (hadis-hadis Nabi shallallahu’alaihi wa sallam).”
Mengapa Dalam Dakwah Harus Sesuai Pemahaman Sahabat Nabi?
Karena mereka adalah orang-orang yang hidup satu zaman dengan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, dan karena merekalah generasi terbaik umat ini, yang melihat langsung wahyu itu turun, yang melihat langsung Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda.
Maka pantaslah jika mereka merupakan generasi terbaik umat ini, dan demikianlah yang diakui oleh Nabi kita, Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam, beliau bersabda,
خَيْرُ أُمَّتِي قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُونَهُمْ.
“Sebaik-baik umatku adalah mereka yang hidup di zamanku, kemudian setelah mereka, kemudian setelah mereka.”[1]
Ditulis oleh:
al-Faqiir Abu Yusuf Wisnu Prasetya, S.H
[1] HR. Al-Bukhari, no. 3650.