Anjuran untuk makan sedikit

Anjuran untuk makan sedikit

عَنِ المِقْدَامِ بْنِ مَعْدِي كَرِبَ رضي الله عنه قَال: قَال رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: “مَا مَلأَ ابْنُ آدَمَ وعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ”. أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ، وَحَسَّنَهُ.

Dari Al-Miqdam bin Ma’adikarb radhiallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah bersabda: “Tidak ada yang lebih buruk bagi anak Adam daripada memenuhi perutnya.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan dinyatakan hasan oleh beliau).

 

Faedah Hadits :

1.    Penjelasan dari Sisi Makna (Tafsir):

وعاء”  yang berarti “wadah” dalam konteks ini merujuk kepada perut. Menggunakan kata “wadah” menunjukkan bahwa perut dianggap sebagai tempat atau wadah untuk makanan, seperti halnya wadah yang digunakan untuk menyimpan barang di rumah.

شرًّا من بطن” (Sharran min batn) berarti “lebih buruk daripada perut”. Maksudnya adalah bahwa mengisi perut secara berlebihan lebih merugikan dibandingkan jika perut tidak diisi sama sekali. Dalam hal ini, perut yang penuh dianggap lebih berbahaya karena dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan dan gangguan.

2.    Adab Syar’I dalam makan

Hadits ini menjelaskan adab makan yang baik, yaitu cukup dengan beberapa suap yang dapat mencukupi kebutuhan tubuh. Jika tidak bisa menghindari rasa kenyang, makanlah dengan takaran sepertiga perut untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk udara.

Ibn Rajab mengatakan

هذا الحديث أصل جامع لأصول الطب كلها

 “Bahwa hadits ini merupakan dasar penting dalam prinsip kedokteran”[1]

Makna hadis ini didukung oleh bukti lain seperti firman Allah:

 {وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا} [al-A’raf: 31]

“Dan makanlah serta minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.”

Mengurangi makan memiliki banyak manfaat seperti ringan badan, semangat dalam urusan agama dan dunia, serta terhindar dari penyakit akibat makan berlebihan.

Ibn al-Qayyim berkata: “Ada tiga tingkat makanan: pertama, tingkat kebutuhan; kedua, tingkat kecukupan; ketiga, tingkat kesempurnaan. Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam memberitahukan bahwa beberapa gigitan sudah cukup untuk mencukupi tubuh. Jika melebihi itu, maka makanlah dalam sepertiga perut. Ini adalah yang terbaik untuk tubuh dan hati.”[2]

 Ibn Rajab berkata: “Sedikitnya makanan menyebabkan kelembutan hati, kekuatan pemahaman, kelemahlembutan jiwa, dan lemahnya hawa nafsu serta amarah. Sebaliknya, banyak makan menyebabkan kebalikannya.” [3]

3.    Akibat buruk makan berlebihan

Hadits ini mengecam kebiasaan makan berlebihan. Makan sampai kenyang menyebabkan rasa haus yang berlebihan, membuat tubuh lemah dan organ menjadi kaku, serta mengarah pada kemalasan dan kurangnya ibadah.

Ibn Rajab menyatakan bahwa makan berlebihan dapat mengeraskan hati dan menyebabkan lalai serta kurangnya perhatian pada makanan rohani.[4]

Kebiasaan makan berlebihan juga membangkitkan nafsu jahat. Dalam “Shahihain”, Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 “المؤمن يأكل في مِعًى واحد، والكافر يأكل في سبعة أمعاء”

“Orang mukmin makan dalam satu perut, sedangkan orang kafir makan dalam tujuh perut.” [5]

Ibn Rajab menjelaskan bahwa ini menunjukkan orang mukmin makan dengan adab syar’i, sedangkan orang kafir makan dengan hawa nafsu berlebihan.

Kritik terhadap makan berlebihan ini berlaku jika dilakukan secara terus-menerus. Sesekali makan sampai kenyang seperti yang dilakukan Abu Hurairah rhadiallahu’anhu tidak mengapa. Sebagaimana ia berkata di hadapan nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam :

والذي بعثك بالحق لا أجد له مسلكًا.

“Demi Allah aku sudah tidak menemukan tempat lagi (untuk makanan di dalam perutku)”[6]

 Selain itu, penting untuk memperhatikan jenis makanan dan waktu makan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh dan mencegah penyakit.

4.    Kesempurnaan Syariat:

Hadits ini menunjukkan kesempurnaan syariat Islam dalam mengatur kesehatan melalui pengaturan jumlah makanan. Mengikuti petunjuk ini membantu menghindari penyakit yang sering disebabkan oleh makan berlebihan atau makan sebelum pencernaan selesai. Allahu a’lam.

 

Dirangkum dari kitab :

Minhatul ‘allam

Di tulis oleh :

Abu Utsman Surya Huda Aprila


[1] Jami’ul ‘Ulumi Wal Hikam penjelasan Hadis 47

[2] Zaadul Ma’ad Jilid 4 Hal 18

[3] Jami’ul ‘Ulumi Wal Hikam penjelasan Hadis 47

[4] Lihat majmu’ rasail ibnu Rojab Syarah hadits “labbaikallahumma Labbaik” jilid 1 hal 118

[5] HR Bukhori No 5396 dan Muslim No 2060

[6] HR Bukhori No 6452

 

Related Posts

  • All Post
  • Doa-Doa
  • Kajian Islam
  • Khotbah Jumat
  • Muamala
  • Tanya Ulama
    •   Back
    • Akhlak
    • Fiqih
    • Hadis
    • Sirah Sahabat
    • Tafsir
    • Umum
    •   Back
    • Allah
    • Malaikat
    • Kitab
    • Rasul
    • Hari kiamat
    • Takdir
    •   Back
    • Sholat
    • Zakat
    • Puasa
    • Haji (Umrah)
    •   Back
    • Rukun Islam
    • Rukun Iman
    • Umum
    • Sholat
    • Zakat
    • Puasa
    • Haji (Umrah)
    • Allah
    • Malaikat
    • Kitab
    • Rasul
    • Hari kiamat
    • Takdir
Adobe Stock

June 17, 2025/

JAKARTA – Setiap orang, pasti akan merasa bahagia jika dicintai, termasuk meraih cinta Allah. Dia akan...

Edit Template

Yuk Subscribe Kajian Sunnah

You have been successfully Subscribed! Ops! Something went wrong, please try again.

Popular Posts

No Posts Found!

Trending Posts

No Posts Found!

© 2024 Kajiansunnah.co.id