Pertanyaan:
“Beberapa orang terburu-buru ketika menjelaskan suatu hikmah dari beberapa kejadian tertentu. Misalnya dia mengatakan, ‘Allah subhanahu wa ta’ala memberikan cobaan-cobaan seperti ini, semisal hujan yang tidak kunjung datang, itu semua dikarenakan banyaknya dosa, atau ucapan bahwa terjadinya gempa di suatu daerah sebagai cobaan dari Allah untuk mereka.’ Bukankah hal tersebut termasuk berkata atas nama Allah tanpa dasar ilmu dan keyakinan yang benar, karena kita tidak mengetahui hakekat atas kehendak Allah dari apa yang telah Dia tetapkan?”
Jawab:
Tidak masalah seseorang menyebutkan sebab atas terjadinya musibah yang menimpa manusia berupa gempa bumi, ujian (berupa musibah) dan kemiskinan, dengan sesuatu yang dijadikan oleh Allah ta’ala sebagai sebab. Adapun berkenaan dosa (yang dikaitkan dengan musibah), hal ini telah disebutkan oleh Allah ta’ala dalam kitab-Nya, bahwa dosa-dosa itu penyebab datangnya keburukan dan kerusakan.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
﴿ ظَهَرَ الفَسَادُ فِي البَرِّ وَالبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيدِي النَّاسِ ﴾
“Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan dikarenakan perbuatan tangan (dosa) manusia.” (QS. Ar-Rum: 41).
Allah ta’ala juga berfirman,
﴿ وَمَآ أَصَابَكُمْ مِّن مُّصِيبَةٍ فبِمَا كَسَبَتْ أَيدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَن كَثِيرٍ ﴾
“Musibah apa saja yang menimpa kalian, hal itu dikarenakan perbuatan tangan (dosa-dosa) kalian sendiri, dan Allah telah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kalian).” (QS. Asy-Syura: 30).
Allah ta’ala juga berfirman,
﴿ أَوَلَمَّآ أَصَابَتْكُمْ مُّصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِّثْلَيهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَذَاۖ قُلْ هُوَ مِنْ عِندِ أَنْفُسِكُمْۗ إِنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيءٍ قَدِيرٌ ﴾
“Mengapa kalian bisa ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kalian telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuh kalian (ketika perang Badar)? Kalian berkata, ‘Dari manakah datangnya kekalahan ini?!’ Katakanlah (wahai Muhammad), ‘Kekalahan tersebut datang karena kesalahan-kesalahan yang telah kalian perbuat.’ Sesungguhnya Allah Maha Mampu atas segala sesuatu.” (QS. Ali Imran: 165).
Dalil-dalil mengenai hal ini sangat banyak dan masyhur. Manusia tidaklah dilarang ketika menyebutkan sebab dari musibah-musibah yang menimpa mereka dengan sesuatu yang dijadikan Allah ta’ala sebagai sebab, meskipun di sisi lain ada pula beberapa sebab yang tidak kita diketahui.
Jikalau kita mengatakan bahwa “sesuatu” terjadi dikarenakan “sesuatu” yang dijadikan oleh Allah sebagai “sebab”, maka sejatinya kita bukanlah termasuk orang yang berkata atas nama Allah tanpa dasar ilmu. Justru kita termasuk orang yang berkata atas nama Allah dengan sesuatu yang telah dikabarkan oleh-Nya, bahwa musibah yang menimpa manusia ialah dikarenakan dosa-dosa dan perbuatan kita sendiri. Wallahu a’lam.
Sumber:
Khalid bin Abdurrahman al-Juraisy, al-Fataawaa asy-Syar’iyyah fii al-Masaa-il al-‘Ashriyyah min Fataawaa ‘Ulamaa al-Balad al-Haraam, hal. 1783 (Cet. Pertama, th. 1999M/1420H).
Alih Bahasa:
al-Faqiir Abu Yusuf Wisnu Prasetya, S.H.
