JAKARTA – Hal yang kecil pun bisa menjadi besar, dosa salah satunya. Bila diremehkan, dosa walaupun itu kecil bisa menumpuk dan lama kelamaan bakalan menjerumuskannya.
Apabila ada orang yang terpeleset atau tersandung ketika berjalan, di antara sebabnya ialah karena dia kurang berhati-hati saat berjalan. Kita ambil contoh, ada orang sedang berjalan, lalu dia terpeleset kulit pisang yang tergeletak di tengah jalan, katakanlah hanya satu kulit pisang.
Kulit pisang, bukankah itu hal yang kecil? Namun bisa menyebabkan seseorang terjatuh, bahkan sampai berdarah karena luka yang diakibatkan oleh benda kecil tersebut, dan tentunya jika ada orang yang terpeleset ketika berjalan maka ini menunjukkan bahwa dia tidak berhati-hati ketika sedang berjalan.
Contoh lainnya kebakaran, tidaklah akan ada api besar jikalau tidak ada api kecil. Kobaran api besar yang menyala-nyala pada mulanya hanyalah sebuah api kecil, namun karena tidak segera dimatikan ia berubah menjadi besar. Begitu pula dengan banjir, ia adalah kumpulan dari air-air yang sedikit kemudian bersatu menjadi banyak dan deras. Itulah sedikit gambaran tentang sesuatu yang diremehkan.
Manusia Pun Tak Boleh Menyepelekan Dosa Kecil
Begitu pula dengan manusia, apabila ia menyepelekan dosa kecil yang tidak ia iringi dengan taubat, maka, bisa jadi dosa tersebut terus menumpuk dan akan berubah menjadi besar. Banyak di antara kita yang meremehkan dosa-dosa kecil, sehingga membuat kita menjadi binasa. Keadaannya hampir mirip dengan orang yang terpeleset satu kulit pisang tadi, bahkan lebih parah.
Tidak ada orang yang terpeleset langsung seratus kulit pisang, tidak ada pula manusia yang terpeleset dosa kecil langsung berjumlah banyak, akan tetapi bertahap sedikit demi sedikit, setan akan menjerumuskannya.
Saudaraku, ketika engkau ingin bermaksiat kepada Allah ‘azza wa jalla, maka, janganlah engkau melihat kecilnya dosa yang akan dilakukan, namun lihatlah, lihatlah besarnya Zat yang akan kau maksiati, yaitu Allah tabaraka wa ta’ala. Dengan demikian, ketika kita akan bermaksiat kepada Allah dengan dosa yang kecil, maka kita akan merasa dosa itu “menjadi” besar, dan kita batalkan maksiat tersebut.
Seperti halnya menjewer. Apabila kita iseng menjewer teman kita dengan niatan bercanda, pasti kita berani, iya kan? Nah sekarang coba, dengan niat yang sama kita menjewer pak presiden, apakah kita berani? Tentu saja tidak, pasti kita akan berpikir seribu kali ketika akan melakukannya. Seperti halnya dengan dosa dan maksiat, apabila kita ingin melakukannya kemudian kita terbayang akan kebesaran Allah ta’ala, maka, besar kemungkinan kita akan meninggalkan maksiat tersebut.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan,
إِنَّ المؤمِنَ يَرَى ذُنُوْبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ، يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ. وَإِنَّ الفَاجِرَ يَرَى ذُنُوْبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ.
“Sesungguhnya, seorang mukmin ketika melihat berbagai macam dosanya seakan-akan ia sedang duduk di sebuah gunung dan khawatir gunung tersebut akan (runtuh) menimpanya. Sedangkan seorang yang fajir (yang gemar bermaksiat), ia akan menganggap dosanya seperti seekor lalat yang lewat begitu saja di hadapan batang hidungnya.”[1]
Mari, janganlah kita sepelekan maksiat walaupun ia termasuk dari dosa-dosa kecil. Karena sesungguhnya, yang kecil itu bisa menjadi besar jika dibiarkan dan diteruskan. Wallahu waliyyut taufik.
Ditulis oleh:
Abu Yusuf Wisnu Prasetya, S.H
[1]HR. Al-Bukhari (6308) dan Muslim (2744).
