
JAKARTA – Sifat hasad dapat menghancurkan pahala amal saleh yang telah kita lakukan, karena hati yang dipenuhi sikap ini sulit untuk ikhlas. Maka bagi kamu kaum Muslim, berhati-hatilah dengan sifat ini.
Hasad adalah salah satu sifat tercela yang harus dihindari oleh setiap Muslim. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali terjebak dalam perasaan cemburu terhadap keberhasilan atau kebahagiaan orang lain. Rasa hasad ini bisa muncul tanpa disadari, dan dapat merusak hubungan antar sesama, dan bahkan menghancurkan kedamaian dalam hati kita sendiri.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kita dengan tegas,
“إيَّاكُمْ وَالحَسَدَ، فَإنَّ الحَسَدَ يَأْكُلُ الحَسَناتِ، كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الحَطَبَ.”
“Waspadalah kalian terhadap hasad, karena hasad memakan pahala-pahala, seperti api memakan kayu bakar.” [1]
Dalam hadis ini, kita diajarkan bahwa hasad dapat menggerogoti pahala dan kebaikan yang kita miliki. Betapa ironisnya, saat kita berharap orang lain kehilangan nikmat, justru kita mengundang kerugian bagi diri kita sendiri.
Hasad adalah cerminan ketidakpuasan terhadap takdir Allah. Ketika kita membandingkan diri kita dengan orang lain, kita sering kali lupa bahwa setiap nikmat yang diberikan adalah ujian dan rahmat dari-Nya.
Seperti yang diungkapkan oleh Syekhul Islam Ibn Taimiyah rahimahullah , “Hasad adalah kebencian terhadap kebaikan yang dimiliki orang lain.” [2] Sifat ini menandakan bahwa hati kita belum sepenuhnya merasakan keikhlasan dan rasa syukur atas nikmat yang ada.
Penyebab yang Picu Sifat Hasad
Ada banyak penyebab yang dapat memicu sifat hasad. Permusuhan, ketidakpuasan, dan keinginan untuk selalu unggul menjadi faktor utama. Ucapan Muawiyah radhiyallahu ‘anhu mengingatkan, “Semua orang bisa dipuaskan kecuali orang yang hasad terhadap nikmat, karena ia tidak akan puas kecuali dengan hilangnya nikmat tersebut.” [3]
Allah sangat mencela sifat hasad ini, dan banyak memberikan permisalan tentang buruknya sifat ini, Sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an,
{وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ}
“Banyak di antara ahli kitab menginginkan agar kalian kembali menjadi kafir setelah kalian beriman, karena hasad dari diri mereka sendiri.” (QS. Al-Baqarah: 109)
Penting bagi kita untuk menyadari bahwa sfat hasad tidak memberikan dampak buruk pada orang yang dihasadi. Nikmat yang mereka miliki tidak akan berkurang karena rasa cemburu kita. Sebaliknya, hasad hanya akan memunculkan rasa sakit dan kepedihan dalam hati kita, menjadikan kita terjebak dalam siklus ketidakpuasan dan penderitaan.
Mari kita renungkan perkataan Al-Ghazali Rahimahullah, “Ketahuilah bahwa hasad adalah penyakit besar bagi hati, dan penyakit hati hanya dapat diobati dengan ilmu dan amal. Ilmu yang bermanfaat untuk penyakit hasad adalah dengan mengetahui bahwa hasad itu merugikan diri sendiri di dunia dan akhirat.” [4]
Dengan menyadari betapa merugikannya sifat hasad, kita diajak untuk membersihkan hati dari rasa cemburu dan menggantinya dengan rasa syukur. Kita harus berusaha untuk saling mendukung dan mendoakan kebaikan bagi sesama. Ketika kita bisa menghilangkan hasad dari dalam diri, kita akan menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang hakiki, serta menggapai kehidupan indah tanpa ada permusuhan dalam hati.
Ditulis oleh:
Abu Utsman Surya Huda Aprila
[1] “HR Abu Dawud dalam kitab ‘Adab’, (4903).”
[2] Majmu’ Fatawa (10/111)
[3] Ihya ‘Ulumuddin (3/189)
[4] Ihya ‘Ulumuddin (3/196)