
JAKARTA – Setelah membahas soal kewajiban berpegang teguh dengan Al-Qur-an pada part pertama, kali ini dijelaskan mengapa umat Islam jua harus berpedoman kepada As-Sunnah. Ada sejumlah dalil yang menjelaskan dan merinci akan hal tersebut.
Selain Al-Qur’an, sumber lain yang harus kita pegang dalam beragama ialah as-Sunnah (hadis Nabi shallallahu’alaihi wa sallam). As-Sunnah adalah sumber kedua setelah Al-Qur’an yang memberikan penjelasan tentang bagaimana cara hidup yang benar menurut ajaran Islam. Sunnah menjelaskan cara melaksanakan ibadah, etika, hukum, dan moral
Tak cuma itu, as-Sunnah pun menjelaskan dan merinci ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat umum atau perlu penjelasan lebih lanjut. Misalnya, dalam Al-Qur’an disebutkan perintah salat, namun as-Sunnah memberikan rincian tentang bagaimana cara salat itu dilakukan.
Berikut beberapa dalil yang menunjukkan atas kewajiban seorang muslim untuk berpegang teguh dengan as-Sunnah atau hadis-hadis Nabi shallallahu’alaihi wa sallam:
a. Dalil dari Al-Qur’an
Allah ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا أَطِيْعُوا اللهَ وَأَطِيْعُوا الرَّسُولَ …
“Wahai orang-orang yang beriman, kalian taatilah Allah dan Rasul-Nya (Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam) …”[1]
Allah ta’ala juga berfirman,
وَمَآ ءَاتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُواۚ وَاتَّقُوا اللهَۖ إِنَّ اللهَ شَدِيْدُ العِقَابِ.
“Apa saja yang di bawa oleh Rasulullah (Muhammad), maka terimalah, dan apa saja yang Rasulullah larang, maka tinggalkanlah. Bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat keras siksaan-Nya.”[2]
b. Dalil dari As-Sunnah
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى.
“Seluruh umatku akan masuk surga, kecuali yang enggan.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang tidak mau?” Beliau menjawab, “Barangsiapa yang menaatiku, niscaya dia masuk surga, namun barangsiapa yang bermaksiat (durhaka) kepadaku, sungguh dia telah enggan untuk masuk surga.”[3]
c. Dalil dari atsar sahabat Nabi shallallahu’alaihi wa sallam
Suatu hari, Abdullah bin Khalid bin Asid bertanya suatu permasalahan kepada Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma mengenai tata cara salat ketika sedang dalam perjalanan jauh, ia berkata, “Kami tidak menemukan di dalam Al-Qur’an mengenai tata cara salat ketika safar.”
Lalu Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma pun mengatakan,
إِنَّ اللهَ تَعَالَى بَعَثَ مُحَمَّدًا صلى الله عليه وسلم وَلَا نَعْلَمُ شَيْئًا، فَإِنَّمَا نَفْعَلُ كَمَا رَأَيْنَا مُحَمَّدًا صلى الله عليه وسلم يَفْعَلُ.
“Sesungguhnya, ketika Allah ta’ala mengutus Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam (umatnya), kita dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Oleh karena itu, sudah seharusnya bagi kita untuk beramal hanya sesuai dengan apa yang dilakukan oleh beliau shallallahu’alaihi wa sallam.”
Ditulis oleh:
Abu Yusuf Wisnu Prasetya, S.H
Disarikan dari buku “Mulia dengan Manhaj Salaf”, karya al-Ustaz Yazid bin Abdul Qadir Jawaz rahimahullah dengan sedikit perubahan gaya bahasa.
[1] QS. An-Nisa’: 59.
[2] QS. Al-Hasyr: 7.
[3] HR. Al-Bukhari, no. 7280 dan Ahmad, no. 2/361.