Banyak di antara kita, saat mendengar nama Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah, maka dengan spontan akan langsung membayangkan keluasan ilmu dan banyaknya nilai-nilai positif yang beliau miliki. Namun sangat disayangkan, sering kali tidak sedikit dari kita yang melupakan bagaimana proses yang beliau tempuh dalam belajarnya hingga beliau bisa menjadi imam yang luar biasa.
Mereka (para ulama) telah melalui proses belajar yang sangat panjang nan sulit, serta melalui berbagai macam rintangan. Semua ini tidaklah bisa dicapai kecuali dengan kesabaran yang kuat setelah taufik dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Apabila hanya melihat hasilnya, maka kita akan mencintai hasilnya saja, sehingga kurang dalam mencintai prosesnya. Selain hasil, kita juga harus melihat bagaimana mereka dalam menuntut ilmu agama, kemudian cintailah prosesnya. Dengan demikian, atas izin Allah ‘azza wa jalla kita akan lebih semangat lagi dalam belajar, serta tumbuh keinginan untuk bisa seperti mereka dalam menuntut ilmu agama. Setiap apa yang kita usahakan, pasti Allah akan membalasnya.
Semua itu butuh proses. Anda tahu mi instan? Apakah kita bisa langsung menyantapnya begitu saja? Tentunya tidak. Kita akan lalui beberapa proses terlebih dahulu, seperti menyalakan kompor, menuangkan air untuk memasaknya, menggorengnya, menaburi bumbu dan seterusnya. Bukankah ini semua adalah proses? Lucunya, padahal mi tersebut berlabel instan, namun tetap saja membutuhkan proses, apalagi yang bukan instan?!
Bersabarlah dalam belajar dan cintailah prosesnya. Yakinlah, bahwa jalan yang sedang kita tempuh kali ini adalah jalan menuju Surga, dan ketahuilah, bahwa jalan menuju Surga itu tidaklah mudah. Sekali lagi, bersabarlah dalam proses.
Disampaikan oleh:
Ust. Abdullah Zaen, Lc., M.A
Ditulis oleh:
Abu Yusuf Wisnu Prasetya, S.H
Sumber:
Buku “Motivasiku di Tunas Ilmu”