MENGENAL NAFSU BESERTA SIFAT-SIFATNYA – Part. 1

MENGENAL NAFSU BESERTA SIFAT-SIFATNYA - Part. 1

JAKARTA – Nafsu merupakan alah satu aspek penting dalam diri manusia yang perlu dipahami dengan baik. Setiap jiwa yang ada pada tubuh manusia, ia memiliki tiga sifat ini, yaitu sifat amarah, muthma’innah, dan lawwaamah. Ketiga sifat ini disebutkan dalam Al-Qur’an.

1. Sifat Amaarah dalam Nafsu

Sifat Amaarah merupakan sifat buruk yang dimiliki oleh jiwa, ia senantiasa mengajak pada perbuatan maksiat. Jadi, ketika ada keinginan pada jiwa kita untuk melakukan keburukan, melakukan kemaksiatan, ini adalah dorongan dari sifat amaarah. Tidak ada yang bisa lolos dari sifat ini melainkan yang diberikan taufik oleh Allah ‘azza wa jalla. Sifat ini disebutkan dalam Al-Qur’an, ketika Allah menceritakan kisahnya Zulaikha yang telah menggoda Nabi Yusuf ‘alaihis salam.

﴿ إِنَّ النَفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ ﴾

“Sesungguhnya nafsu (jiwa) itu senantiasa menyuruh pada keburukan.”[1]

Ini adalah ucapannya Zulaikha ketika sedang disidang oleh suaminya.[2]

Singkat cerita, setelah disebutkan kisah bahwa Zulaikha menggoda Nabi Yusuf namun gagal, dan ternyata Nabi Yusuf-lah yang tertuduh melakukan perbuatan buruk tersebut, sehingga membuatnya masuk ke dalam penjara, maka beberapa hari kemudian sang Raja bermimpi aneh. Ia melihat dalam mimpinya bahwa ada tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus, ia juga melihat tujuh gandum yang berwarna hijau (subur) dan tujuh lainnya kering kerontang.

Maka, ia pun mengumpulkan para pembesar negerinya; para menteri, orang-orang penting, dan orang-orang yang dianggap bisa menafsirkan mimpinya. Mereka dimintai penjelasan mengenai mimpi yang dialami oleh sang raja. Banyak dari mereka yang tidak mampu menjawab. Ada sebagian dari mereka yang mengatakan,

﴿ أَضْغَاثُ أَحْلَامٍ ﴾

“Itu hanyalah mimpi-mimpi yang kosong (tidak ada maknanya sama sekali).”

Sebagian yang lain mengatakan,

﴿ وَمَا نَحْنُ بِتَأْوِيلِ الأَحْلَامِ بِعَالِمِينَ ﴾

“Sungguh, kami benar-benar tidak mampu untuk menjelaskan mengenai mimpi-mimpi tersebut.”

Di tengah-tengah kebingungan itu, ada di antara mereka yang teringat dengan Nabi Yusuf ‘alaihis salam, bahwa beliau adalah sosok yang pandai menafsirkan mimpi. Maka, ia pun berkata kepada sang raja,

﴿ أَنَا أُنَبِّئُكُمْ بِتَأْوِيلِهِ ﴾

“Aku akan memberitahu kalian siapa orang yang bisa untuk menjelaskan mimpi tersebut.”

Singkat cerita, ia beserta beberapa orang datang menemui Yusuf, kemudian mengabarkan kepadanya apa yang telah terjadi. Setelah mendengar apa yang disampaikan oleh orang tersebut mengenai mimpi yang dialami oleh sang Raja, maka Yusuf pun menjelaskan mimpi-mimpi itu;

“Mengenai tujuh ekor sapi yang gemuk maknanya ialah, bahwa akan datang musim subur dan musim hujan kepada kalian selama tujuh tahun berturut-turut, di mana musim-musim tersebut menyuburkan berbagai macam tanaman, buah-buahan dan biji-bijian, sehingga menghasilkan bulir-bulir (gandum) yang sangat bagus.”

Setelah itu, Nabi Yusuf menyarankan agar mereka menyimpan hasil yang telah didapatkan pada tahun-tahun tersebut, “Apa pun yang kalian panen, maka simpanlah. Kalaupun mau makan, makanlah secukupnya, jangan boros, agar kalian bisa memanfaatkannya kembali di waktu paceklik.” Dan inilah takwil dari mimpi tujuh sapi kurus yang memakan tujuh sapi gemuk.

Beliau kemudian memberi tahu mereka, bahwa di tujuh tahun yang berikutnya, mereka akan mengalami kemarau panjang. Apa pun yang ditanam tidak akan menghasilkan apa pun.

Setelah mendengar penjelasan dari Yusuf, utusan itu datang menemui raja, kemudian menyampaikan apa yang telah dikabarkan oleh Yusuf. Sang raja pun puas dengan penjelasan Yusuf, lalu ia meminta agar bisa bertemu dengannya, namun Yusuf tidak mau. Beliau menolak sampai sang raja dan orang-orang yang berada di sekitarnya membuktikan bahwa dirinya itu tidaklah bersalah, yang bersalah adalah istrinya, serta membuktikan bahwa penjara bukanlah tempat yang pantas untuknya, bahkan perbuatan ini merupakan bentuk kezaliman.

Singkat cerita sang raja pun mengumpulkan wanita-wanita tersebut, yaitu mereka yang menggoda Yusuf ketika sedang bertamu ke rumah istrinya, “Bagaimana keadaan kalian waktu itu, ketika tak sengaja memotong tangan kalian?”

Mereka menjawab,

﴿ حَاشَ للهِ مَا عَلِمْنَا عَلَيهِ مِن سُوءٍ ﴾

“Maha Sempurna Allah, sungguh, kami tidak melihat keburukan sama sekali pada dirinya.”

Mendengar ucapan ini, sang raja pun menjadi yakin, bahwa Nabi Yusuf bukanlah orang yang salah. Pada saat itu pula, Zulaikha mau tidak mau mengakui kesalahannya seraya berkata,

﴿ الآنَ حَصْحَصَ الحَقُّۖ أَناْ رَاوَدْتُهُ عَن نَّفْسِهِ وَإِنَّهُ لَمِنَ الصَّادِقِينَ ﴾

“Sekarang telah jelas kebenaran itu (bahwa bukan yusuf yang menggodaku), namun akulah yang menggoda dan merayunya. Sungguh, dia termasuk orang-orang yang benar.”

Apa yang dilakukan oleh istri sang raja ialah agar suaminya itu tidak mengira bahwa dirinya telah berkhianat ketika ia (suami) sedang tidak berada di rumah. Akhirnya ia pun mengakui kesalahannya sembari mengatakan,

﴿ وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِيۚ إِنَّ النَفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ ﴾

“Aku mengaku salah. Aku tidak mengatakan diriku bebas dari kesalahan, karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong (mengajak) untuk melakukan keburukan.”[3]

Inilah sifat nafsu/jiwa yang pertama, yaitu amarah.

Bersambung insya Allah …

Ditulis oleh:
Al-Faqiir Abu Yusuf Wisnu Prasetya, S.H

[1] QS. Yusuf: 53.
[2] Ada pula yang berpendapat, bahwa ini adalah ucapannya Nabi Yusuf ‘alaihis salam, akan tetapi pendapat ini kurang tepat, dikarenakan redaksi ayat sebelumnya menceritakan tentang keadaan Zulaikha yang ditemui oleh suaminya, dan ketika itu Nabi Yusuf sedang berada di penjara, tidak bersama mereka. Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah menguatkan pendapat pertama, bahwa orang yang mengucapkan adalah Zulaikha, wallahu a’lam.
[3] Mengenai peristiwa ini, kisah lengkapnya bisa dibaca pada QS. Yusuf: 43-53.

Related Posts

  • All Post
  • Doa-Doa
  • Kajian Islam
  • Khotbah Jumat
  • Muamala
  • Tanya Ulama
    •   Back
    • Akhlak
    • Fiqih
    • Hadis
    • Sirah Sahabat
    • Tafsir
    • Umum
    •   Back
    • Allah
    • Malaikat
    • Kitab
    • Rasul
    • Hari kiamat
    • Takdir
    •   Back
    • Sholat
    • Zakat
    • Puasa
    • Haji (Umrah)
    •   Back
    • Rukun Islam
    • Rukun Iman
    • Umum
    • Sholat
    • Zakat
    • Puasa
    • Haji (Umrah)
    • Allah
    • Malaikat
    • Kitab
    • Rasul
    • Hari kiamat
    • Takdir
Adobe Stock

June 17, 2025/

JAKARTA – Setiap orang, pasti akan merasa bahagia jika dicintai, termasuk meraih cinta Allah. Dia akan...

Edit Template

Yuk Subscribe Kajian Sunnah

You have been successfully Subscribed! Ops! Something went wrong, please try again.

Popular Posts

No Posts Found!

Trending Posts

No Posts Found!

© 2024 Kajiansunnah.co.id