JAKARTA – Kelalaian salat Isya dan Subuh acap terjadi karena seseorang menjadi malas usai jalani kesibukan duniawi, rasa kantuk, maupun alasan lainnya. Padahal, Allah Ta’ala melalui Rasulullah sallallahu alaihi wasallam telah memberikan peringatan bagi mereka yang lalai terhadap dua salat wajib itu.
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
أَثْقَلُ الصَّلَاةِ عَلَى المُنَافِقِينَ: صَلَاةُ الْعِشَاءِ، وَصَلَاةُ الْفَجْرِ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا
“Salat yang paling berat bagi orang munafik adalah salat Isya dan salat Subuh. Jika mereka mengetahui keutamaan yang ada pada keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.”
Hadis ini menunjukkan bahwa semua salat itu berat bagi orang-orang munafik, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
“Dan apabila mereka berdiri untuk salat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisa: 142)
Kelalaian Salat Isya dan Subuh karena 2 Alasan Utama
Waktu yang tidak mudah:
Salat Isya dilakukan pada waktu istirahat setelah kelelahan di siang hari. Salat Subuh dilaksanakan pada waktu yang paling nyaman untuk tidur, baik di musim panas maupun musim dingin. Inilah yang bikin kelalaian salat Isya dan Subuh seringkali terjadi
Ketiadaan riya:
Pada waktu-waktu tersebut, mereka tidak terlihat karena gelapnya malam. Karena itu, motivasi untuk salat karena riya atau ingin dilihat orang lain tidak ada. Orang munafik hanya semangat beramal jika dilihat manusia.
Bahaya Kelalaian Salat Subuh
Orang-orang yang meremehkan atau kelalaian salat Subuh dan tidur melewatinya harus berhati-hati agar tidak memiliki sifat orang munafik. Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa kelalaian terhadap salat berjamaah adalah salah satu ciri khas kemunafikan. Orang munafik tidak beriman kepada Allah dengan sungguh-sungguh, sehingga mereka hanya salat untuk memperlihatkan kepada manusia dan menyembunyikan kemunafikannya.
Abdullah bin Mas’ud رضي الله عنه berkata:
وَلَقَدْ رَأَيْتُنَا وَمَا يَتَخَلَّفُ عَنِ الصَّلَاةِ إِلَّا مُنَافِقٌ مَعْلُومُ النِّفَاقِ، وَلَقَدْ كَانَ الرَّجُلُ يُؤْتَى بِهِ يُهَادَى بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ حَتَّى يُقَامَ فِي الصَّفِّ
“Aku telah melihat bahwa tidak ada yang meninggalkan salat berjamaah kecuali orang munafik yang jelas kemunafikannya. Bahkan, ada seseorang yang dipapah oleh dua orang hingga didirikan di barisan.”
Hal ini menunjukkan bahwa meninggalkan salat berjamaah adalah tanda bahwa salat terasa berat baginya. Beratnya salat menjadi indikasi adanya kemunafikan dalam hatinya. Oleh karena itu, seorang muslim harus segera menghilangkan sifat ini dengan cara menjaga salat berjamaah dan bersemangat melaksanakannya.
Ibnu Umar رضي الله عنهما berkata:
“كُنَّا إِذَا فَقَدْنَا الإِنْسَانَ فِي صَلَاةِ العِشَاءِ الآخِرَةِ وَالصُّبْحِ أَسَأْنَا بِهِ الظَّنَّ.”
“Dulu, jika kami tidak menemukan seseorang dalam salat Isya dan Subuh, kami berprasangka buruk terhadapnya.”
Ibrahim An-Nakha’i berkata:
“كَفَى عَلَامَةً عَلَى النِّفَاقِ أَنْ يَكُونَ الرَّجُلُ جَارَ المَسْجِدِ لَا يُرَى فِيهِ.”
“Cukuplah seseorang dianggap memiliki tanda kemunafikan jika ia adalah tetangga masjid tetapi tidak terlihat salat berjamaah di dalamnya.”
Realitas Masa Kini
Pada zaman sekarang, banyak orang yang kelalaian salat berjamaah, terutama salat Subuh. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti lemahnya keimanan, hati yang sakit, minimnya semangat dalam beribadah, dan kecenderungan untuk mengutamakan keinginan pribadi daripada kehendak Allah. Kurangnya kesadaran dan pengawasan juga turut berkontribusi dalam permasalahan ini.
Semoga Allah memberikan kita taufik untuk menjaga salat berjamaah dan menjauhkan kita dari sifat-sifat orang munafik. Wallahu musta’an.
Penulis: Abu Utsman Surya Huda Aprila
Sumber: Minhatul ‘Allaam Syarh Bulugil Marom Jilid 3 Hal 363 – 365
