
“Apakah kita perlu membaca buku biografi para ulama? Jika perlu, memang untuk apa?” Mungkin ada di antara kita yang mengatakan hal demikian. Ia menganggap bahwa buku-buku atau tulisan yang membahas biografi para ulama hanya akan memberikan sedikit manfaat, dan membuang waktu. Ini adalah pernyataan yang sangat keliru. Padahal, jika dia mau meluangkan waktunya sebentar saja untuk membaca salah satu biografi ulama, dia akan mendapatkan manfaat yang begitu banyak. Bahkan ketagihan.
Nah, pada kesempatan kali ini, insya Allah kami akan membahas beberapa manfaat dari membaca buku-buku biografi para ulama.
Mengapa Kita Perlu Membaca Buku Biografi Para Ulama?
Cerita tentang para ulama dan para imam yang mendapat petunjuk, adalah sarana terbesar untuk menanamkan keutamaan dalam jiwa, demi mengorbankan semangat dan memotivasi untuk kebaikan serta ketakwaan.[1]
Keluhuran martabat dan kemuliaan status yang diperoleh manusia, memiliki tingkat yang berbeda-beda. Tingkatan tersebut muncul dari sifat-sifat mulia yang menjadi karakteristik masing-masing manusia. Dan yang menjadi ukuran dalam keutamaan tersebut adalah seberapa banyak mereka telah berkontribusi dengan perangai yang baik serta mulia.
Bagi sekelompok orang atau bahkan bagi mayoritas masyarakat, terkadang kemuliaan yang mereka dapatkan memiliki kesamaan. Hal yang demikian muncul dikarenakan adanya kesamaan sifat mulia yang mereka miliki, baik itu dalam jenis maupun jumlahnya.
Namun, pada akhirnya hanya ada segelintir orang saja yang dapat mencapai kedudukan yang sangat tinggi beserta martabat yang sangat luhur, yang tidak mudah diraih oleh kebanyakan manusia.
Allah ta’ala berfirman, “Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar, dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS. Fushshilat: 35).
Keberadaan orang-orang mulia seperti mereka (yang diberikan karunia oleh Allah ta’ala) membuat hati selalu rindu untuk mengetahui sejarah kehidupan mereka. Bahkan, kerinduan itu menimbulkan rasa penasaran yang mendalam, hingga membuat jiwa kita terdorong untuk ingin terus mengetahui kabar dan keadaan mereka, baik secara umum maupun secara rinci.[2]
Di antara manfaat yang akan kita peroleh saat membaca buku-buku biografi para ulama ialah, sebagaimana yang diungkapkan oleh beberapa para ulama salaf berikut:
- Imam Ibnu Khalikan.
Beliau pernah mengatakan dalam bukunya yang berjudul Wafaayah al-A’yaan, “Dalam buku ini, aku menyebutkan beberapa orang mulia yang telah aku saksikan sendiri secara langsung, dan yang dari mereka aku meriwayatkan orang-orang mulia yang satu masa dengan diriku, meskipun aku tidak pernah bertemu secara langsung dengan mereka. (Harapanku) agar masyarakat di masa mendatang dapat melihat perihal kehidupan orang-orang mulia tersebut.”[3]
- Yaqut al-Hamawi.
Beliau pernah berkata di muqodimah bukunya yang berjudul Irsyaad al-Ariib ilaa Ma’rifah al-Adiib atau yang lebih dikenal dengan nama Mu’jam al-Udabaa, “(Isi dari buku) ini adalah kabar tentang para ulama, yang dari merekalah kita dapat mengetahui ilmu Al-Qur’an dan hadits. Dengan perbuatan mereka,kita mendapat tanda. Dengan perbendaharaan mereka, urusan pemerintah dan kementrian dapat berjalan lurus. Dengan ilmu mereka, Islam dapat kokoh. Dan dengan istinbath mereka, kita dapat mengetahui yang halal dan yang haram.”[4]
- Imam al-Ghabrini.
Beliau mengatakan dalam muqodimah bukunya, “Penulisan kisah hidup mereka (yakni para ulama) ditujukan agar para penuntut ilmu mengetahui tentang kehidupan imam-imam yang mereka ikuti, agar mereka mendapat petunjuk dengan meneladani akhlak para ulama.”[5]
- Imam Abu Hanifah an-Nu’man.
Beliau rahimahullah berkata, “Cerita tentang para ulama dan kebaikan-kebaikan mereka, lebih aku cintai dari fiqih yang banyak. Karena ia merupakan adab kaum dan akhlaknya. Ini sesuai dengan firman Allah, “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Yusuf: 111).[6]
Sebagian ulama Salaf juga ada yang mengatakan, “Cerita merupakan tentara-tentara Allah untuk menguatkan hati para wali-Nya, sebagaimana firman Allah, ‘Dan semua kisah-kisah para Rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah sebuah kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu.’” (QS. Hud: 120).
Itulah beberapa perkataan para ulama mengenai manfaat membaca buku-buku biografi ulama. Sesungguhnya, apabila kita membaca biografi mereka, baik secara sadar maupun tidak, akan ada keinginan dalam diri untuk meniru sifat-sifat mereka. Baik dari perilaku, tutur kata, cara belajar, bahkan sampai cara berinteraksi dengan orang lain pun kita akan menirunya.
Membukukan Kisah Para Ulama adalah Kebiasaan yang Dilakukan Oleh Para Ahli Ilmu
Usaha dalam meningkatkan semangat belajar dengan cara membaca dan menulis biografi para ulama, sudah menjadi kebiasaan yang tak asing bagi para penuntut ilmu sejak zaman dahulu. Betapa banyak buku-buku yang menceritakan tentang kisah para ulama, dan kita temukan berbagai macam faedah di dalamnya.
Bahkan ada di antara para ahli ilmu rahimahumullah yang menyusun kitab-kitab ini dengan barbagai macam ragamnya. Di antara mereka ada yang mengkhususkan satu buku untuk biografi satu imam tertentu, hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Imam al-Muwaffiq bin Ahmad al-Makki, beliau menulis buku biografi ulama yang hanya menceritakan tentang Imam Abu Hanifah rahimahullah. Nama kitabnya adalah Manaaqib Abii Haniifah.[7]
Demikian pula al-Kurdi dan ash-Shaimari, kedua ulama ini juga mempunyai satu karya tulis yang menceritakan tentang biografi Imam Abu Hanifah rahimahullah.[8]
Selain mereka, ada pula para ulama yang mengkhususkan penulisan biografi tentang Imam Malik rahimahullah. Seperti yang dilakukan oleh Imam al-Qadhi ‘Isa az-Zawawi. Adapula yang mengkhususkan biografi Imam asy-Syafi’i, sebagaimana yang dilakukan oleh Imam al-Baihaqi, Ibnu Katsir dan Ibnu Hajar rahumahumullah. Ada juga yang menulis biografi tentang Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah, sebagaimana yang dilakukan oleh Imam Ibnul Jauzy rahimahullah.[9] Dan yang lain sebagainya.
Itulah beberapa faedah yang dapat kami suguhkan di awal pembahasan serial kisah ini. Semoga, Allah ta’ala senantiasa memberikan taufik-Nya kepada kita semua, serta kemudahan dalam melakukan hal-hal yang baik. Wallahu ta’ala a’lam bish showwab.
Ditulis oleh:
al-Faqir Abu Yusuf Wisnu Prasetya, S.H
Disarikan dari salah satu karya kami yang berjudul; “Kisah” seri pertama, hal. 11-18.
[1]Abul Qa’qa’ Muhammad bin Shalih Alu ‘Abdillah, 102 Kiat Agar Semangat Belajar Agama Membara, Terj. Nurul Mukhlishin (hal. 30).
[2]‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad as-Sadhan, Al-Imaam Ibnu Baaz: Duruus wa Mawaaqif (hal. 8).
[3]Ibnu Khalikan, Wafayaat al-A’yaan (hal. 1/20).
[4]‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad as-Sadhan, Al-Imaam Ibnu Baaz: Duruus wa Mawaaqif (hal. 10).
[5]‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad ash-Shadan, Al-Imaam Ibnu Baaz: Duruus wa Mawaaqif, (hal. 10).
[6]Abul Qa’qa’ Muhammad bin Shalih Alu ‘Abdillah, 102 Kiat Agar Semangat Belajar Agama Membara, Terj. Nurul Mukhlishin (hal. 30).
[7]‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad as-Sadhan, Al-Imaam Ibnu Baaz: Duruus wa Mawaaqif (hal. 11).
[8]Ibid (hal. 11).
[9]Ibid (hal. 11).