
JAKARTA – Salat merupakan tiang agama, tapi lebih dari itu ibadah ini pun memberikan cahaya bagi kehidupan manusia, khususnya umat Islam. Dengan melaksanakan ibadah lima waktu ini, kamu juga dijamin mendapatkan keteduhan dalam diri.
Dari Abu Malik bin al-Harits bin Ashim al-Asy’ari radhiyallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda,
الطَّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ، وَالحَمْدُ للهِ تَمْلَأُ الْمِيزَانِ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَالحَمْدُ للهِ تَمْلَآنِ -أو تَملأُ- مَا بَينَ السَّمَاوَاتِ والأَرضِ، وَالصَّلَاةُ نُورٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ، وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ، وَالقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَو عَلَيكَ. كُلُّ النَّاسِ يَغْدُوا فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُهَا.
“Kesucian itu bagian dari iman, ucapan alhamdulillah dapat memenuhi timbangan (amal saleh), demikian pula dengan ucapan subhanallah wal hamdulillah pahalanya memenuhi langit dan bumi, salat adalah cahaya, sedekah adalah bukti, kesabaran adalah cahaya, dan Al-Qur’an bisa menjadi hujjah yang akan membelamu (kelak di hari Kiamat), atau menjadi hujjah yang akan melawanmu. Semua manusia (di setiap harinya) pergi keluar untuk ‘menjual’ dirinya. Ada di antara mereka yang membebaskan dirinya, ada pula yang membinasakan dirinya.” (HR. Muslim, no. 223).
Sabda beliau, “wash shalaatu nuurun (salat adalah cahaya)…,” ini menunjukkan kepada kita, bahwa salat adalah amalan yang istimewa, karena ia bagaikan cahaya yang akan menerangi hamba-hamba Allah, di dunia maupun di akherat.
Cahaya di Dunia Bagi Orang yang Mengerjakan Salat:
Mendatangkan Petunjuk
Allah ta’ala berfirman,
﴿ إِنَّما يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللهِ مَن ءَامَنَ بِاللهِ وَاليَومِ الآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَءَاتَى الزَّكَاةَ وَلَم يَخْشَ إِلَّا اللهَۖ فَعَسَى أُلَآئِكَ أَن يَكُونُوا مِن الْمُهْتَدِينَ ﴾
“Sesungguhnya, yang memakmurkan masjid-masjid itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir. Selalu menjalankan salat, menunaikan zakat, dan tidak takut kepada siapapun kecuali Allah. Mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapatkan petunjuk.”
(QS. At-Taubah: 18)
Mencegah Dirinya dari Perbuatan Keji dan Mungkar
Allah ta’ala berfirman,
﴿ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ﴾
“Sesungguhnya ibadah salat itu mencegah perbuatan fahsya[1] dan mungkar.[2]” (QS. Al-‘Ankabut: 45).
Cahaya di akherat bagi orang yang mengerjakan salat:
Wajahnya bercahaya di akhirat
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
﴿ يَومَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُم بَينَ أَيدِيهِم وَبِأَيمَانِهِم ﴾
“Pada hari di mana engkau melihat orang-orang yang beriman, baik itu laki-laki maupun perempuan, mereka berjalan dengan dikelilingi oleh cahaya yang ada di hadapan mereka dan kanan mereka.” (QS. Al-Hadid: 12).
Di antara sebab munculnya cahaya tersebut ialah, karena ibadah salat yang dahulu ketika di dunia mereka kerjakan. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadis, dari Buraidah radhiyallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda,
بَشِّرِ الْمَشَّائِينَ فِي الظُّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّورِ التَّامِّ يَومَ القِيَامَةِ.
“Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan di kegelapan malam untuk menuju ke masjid, bahwa mereka akan mendapatkan cahaya yang sempurna di hari Kiamat nanti.” (HR. Abu Dawud, no. 561. Dinilai shahiih oleh Syekh al-Albani).
Ditulis oleh:
Abu Yusuf Wisnu Prasetya, S.H
[1] Perbuatan buruk yang disukai oleh jiwa, semisal zina.
[2] Perbuatan buruk yang tidak disukai oleh fitrah dan akal, semisal membunuh.