Sebagian Sebab-Sebab Allah Mencintai Hamba-Nya
عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِيِ وَقَّاصٍ رضي الله عنه قَال: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: “إن اللهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ، الْغَنِيَّ، الْخَفِيَّ”. أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ
Dari Sa’ad bin Abi Waqqas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sesungguhnya Allah mencintai hamba-Nya yang bertakwa, kaya, dan tersembunyi.'” (HR. Muslim)[1]
Faedah Hadis:
- Penjelasan Istilah dalam Hadis
-Taqi (التقي) : Orang yang taat kepada Allah, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
-Ghani (الغني) : Orang yang merasa cukup dengan apa yang dimilikinya, tidak tergantung pada orang lain. Menurut al-Nawawi, “Ghani” di sini adalah kaya jiwa, yaitu merasa cukup dengan apa yang diberikan Allah, sebagaimana dalam sabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam:
” ليس الغنى عن كثرة العَرَضِ ولكن الغنى غنى النفس”
Bukanlah kekayaan dengan banyaknya harta akan tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan jiwa.[2]
-Khafi (الخفي) : Istilah dalam hadis ini, yang ditulis dengan kha’ (خاء) yang bermakna tersembunyi atau tidak terlihat. Al-Qurtubi menyebutkan bahwa mayoritas perawi mengartikan istilah ini dalam konteks ketersembunyian atau menjauh dari perhatian publik
Sementara itu, al-Qadi ‘Iyad menginformasikan bahwa beberapa perawi Muslim meriwayatkan lafadz ini dengan ha’ (حاء) yang diucapkan “Hafi” (الحفي). Dalam hal ini, makna lafadz tersebut bisa berarti seseorang yang mengurus keluarganya, menggunakan hartanya untuk kebutuhan mereka, dan berusaha memenuhi kebutuhan mereka.
Namun, makna khafi (الخفي) dengan kha’ (خاء) lebih mendekati pemahaman yang benar. Hal ini didukung oleh tindakan Sa’ad bin Abi Waqqas radhiyallahu ‘anhu yang memilih untuk menjauh dari keramaian dan fokus pada urusan pribadinya menggembala onta dan kambingnya.
- Bukti Cinta Allah
Hadis ini membuktikan bahwa cinta adalah sifat hakiki Allah yang nyata. Allah mencintai hamba-hamba-Nya, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an
: {فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ} (QS. Al-Ma’idah: 54)
Memahami cinta Allah sebagai makna selain dari apa yang diungkapkan dalam hadis dan ayat, seperti Tsawab (pahala) atau Ridho (keridhaan), adalah penafsiran yang menyimpang dari makna asli.
- Sifat-Sifat yang Dicintai Allah
Hadis ini mengajarkan tiga sifat yang menyebabkan seseorang dicintai oleh Allah:
– Ketaqwaan: Mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
– Kekayaan Jiwa: Merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan tidak tergantung pada orang lain.
– Bersembunyi: Tidak mencari ketenaran atau perhatian, tetapi jika seseorang dikenal karena amal ibadahnya atau ilmunya, itu adalah tanda kebaikan dari Allah.
- Manfaat Uzlah dari Masyarakat:
– Keutamaan ‘uzlah (isolasi diri) : Hadis ini juga menunjukkan keutamaan ‘uzlah dari manusia jika diperlukan, terutama pada masa-masa fitnah atau kerusakan moral. Imam al-Khattabi mengatakan bahwa
كان سعد رحمه الله ممن اعتزل أيام الفتنة
“Sa’ad bin Abi Waqqas menghindari konflik politik pada masa fitnah”.
‘uzlah bisa membantu seseorang fokus pada ibadah dan menjaga diri dari keburukan.
-Manfaat ‘uzlah: dapat membantu seseorang terhindar dari dosa seperti riya’ dan ghibah, serta menjaga waktu dan lisan dari perkataan yang tidak perlu.
-Perlu diperhatikan Jika seseorang khawatir akan agamanya karena banyaknya keburukan dan fitnah serta merasa tidak mampu menolak kemungkaran, maka ‘uzlah bisa menjadi pilihan. Namun, secara umum, bergaul dengan masyarakat dan bersabar terhadap kesulitan mereka lebih baik, terutama bagi mereka yang bertugas mengajarkan kebaikan dan melarang kemungkaran.
Jika para pendakwah melakukan ‘uzlah, maka kerusakan akan menyebar dan kebenaran akan sulit ditemukan.
Muhammad bin Wasi’ mengatakan: “Hidup ini tersisa dari tiga hal: shalat berjamaah, kebutuhan hidup yang cukup, dan saudara yang baik yang senantiasa mengingatkan.”[3]
Imam al-Khattabi menjelaskan bahwa ‘uzlah (isolasi diri) sebaiknya tidak bersifat terus menerus. melainkan hanya sesuai kebutuhan.
Imam asy-Syafi’i mengatakan kepada temannya:
يا يونس، الانقباض عن الناس مكسبة للعداوة، والانبساط إليهم مجلبة لقرناء السوء، فكن بين المنقبض والمنبسط
“Wahai Younus, menjauh dari orang-orang akan mengundang kebencian, sementara bergaul dengan mereka akan menarik teman-teman buruk. Maka jadilah seseorang yang berada di antara keduanya.”[4]
Imam al-Khattabi menambahkan bahwa isolasi harus dilakukan sesuai kebutuhan dan maslahat.
Wallahu A’lam
Ditulis oleh :
Abu Utsman Surya Huda Aprila
[1] HR Muslim no 2965
[2] HR Bukhari no 6446, Muslim no 1051
[3] Lihat Roudhotul ‘uqola hal 86
[4] Lihat Al-‘Uzlah hal 8