
JAKARTA – Hidup ini adalah tentang sebuah perjalanan. Perjalanan meraih sebuah impian yang abadi dan nyaman, yang tak akan pernah membosankan. Sebuah proses perpindahan dari masa lalu ke masa yang akan datang.
Hidup ini adalah tentang sebuah perjalanan. Sebuah perjalanan yang harus melewati proses yang butuh akan kedewasaan. Setiap kita memiliki jalan masing-masing, tak bisa disamaratakan. Ada cerita yang memang perlu kita abadikan, ada pula cerita yang memang perlu untuk kita lupakan. Sesuatu yang manis tak harus romantis, namun yang romantis sudah pasti manis.
Awal mula sebuah perjalanan yang kita lewati sebenarnya ialah ketika berada di perut ibu setelah 120 hari. Sebelum itu, wujud kita yang masih berbentuk air mani berubah menjadi segumpal darah, yang kemudian menjadi segumpal daging.
Setelah itu, barulah Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh padanya. Pada saat itu pula, catatan takdir bekerja, menulis semua yang akan kita alami selama hidup di dunia; berupa rizki, ajal, perbuatan, dan tentang kebahagiaan maupun kesengsaraan. Semuanya telah ditakdirkan oleh Allah ta’ala dengan begitu lengkap dan rinci.
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda,
إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ وَ يُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ، وَ أَجَلِهِ، وَ عَمَلِهِ، وَ شَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ.
“Sesungguhnya setiap kalian itu dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya dalam bentuk nuthfah (air mani) selama empat puluh hari, kemudian berubah bentuk menjadi ‘alaqah (segumpal darah) dengan masa yang sama (yakni empat puluh hari), lalu berubah bentuk menjadi mudhghah (segumpal daging) selama masa itu pula (empat puluh hari). Setelah itu, Allah mengutus kepadanya seorang malaikat, lalu ia meniupkan ruh kepadanya, kemudian malaikat tersebut diperintahkan untuk menulis empat perkara yang akan dilaluinya[1] berupa: rizkinya, ajalnya, amalannya, serta tentang kesengsaraan dan kebahagiaannya.”[2]
Merenungi Setiap Sebuah Perjalanan
Jika kita mau merenung sejenak mengenai hadis di atas, kita akan mendapati sebuah keajaiban, atau bisa pula kita katakan mukjizat yang dimiliki oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Di mana pada saat itu, teknologi belum canggih, namun Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam melalui wahyu dari Allah, beliau bisa tahu, bahwa masa janin hidup sampai ditiupkan ruh kepadanya setelah seratus dua puluh hari.
Masya Allah …
Inilah awal mula perjalanan kita, di dalam rahim perut ibu tercinta. Kita semua tidak mengingatnya, karena memang ketika itu kehidupan berada di alam yang berbeda. Pada saat itu manusia belum tau apa yang namanya cinta, belum paham apa itu luka, meski demikian, ketika lahir dari perut ibunya, ia menangis teriak bersuara. Seakan takut dengan kerasnya hidup di dunia. Ia pun mencari perlindungan, pada dekapan yang penuh kehangatan. Kepada sang ibunda, yang memeluknya dengan rasa cinta. Kepada sang ibunda, yang menangis bahagia akan kehadirannya.
Sumber:
Buku “Sebuah Perjalanan” hal. 3-5
Ditulis oleh:
Abu Yusuf Wisnu Prasetya, S.H
[1]Yaitu takdir-takdir yang akan dihadapi oleh ruh tersebut, yang telah ditiupkan ke dalam janin, yang kelak akan menjadi manusia.
[2]HR. Al-Bukhari (3208) dan Muslim (1).