TAKDIR ADALAH RAHASIA ALLAH

Pertanyaan:

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman

﴿ مَا أَصَابَكَ مِن مُّصِيبَةٍ فَمِن نَّفْسِك ﴾

“Musibah apa pun yang menimpamu, itu berasal dari dirimu sendiri.”

Allah ta’ala juga berfirman,

﴿ إِنَّا كُلَّ شيءٍ خَلَقْنَاه بِقَدَرٍ ﴾

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan segala sesuatu sesuai dengan ukurannya (takdir).”

Sementara itu di sisi lain, manusia diberikan kehendak untuk memilih. Barangsiapa yang membantah Al-Qur’an, maka dia termasuk dari golongan orang-orang kafir, oleh karena itu, wajib hukumnya beriman kepada takdir, dan yang namanya takdir itu telah tertulis. Ada yang sudah terjadi dana ada pula yang belum, dan seterusnya.

Saudaraku, saya benar-benar tidak paham dengan semua yang telah kutulis di atas, namun di sisi lain, saya tahu betul bahwa beriman pada takdir merupakan rukun iman, dan alhamdulillah-nya saya adalah seorang mukmin, akan tetapi banyak hal yang menurutku saling bertentangan, dan saya benar-benar tidak mengerti maksudnya.

Semisal: telah kita ketahui bersama, bahwa seseorang ditakdirkan atas apa yang memang ditetapkan pada dirinya dalam kehidupan ini, lalu bagaimana cara membedakan antara hal tersebut dengan takdir yang dapat diubah dengan doa, atau yang semisalnya?

Misalnya; telah tertulis dalam catatan takdir, bahwa di kemudian hari saya akan memenangkan hadiah berupa mobil, akan tetapi saya berdoa, bahwa saya tidak ingin memenangkan hadia mobil tersebut. Pertanyaannya, apakah doa yang saya panjatkan supaya tidak mendapatkan mobil tersebut akan terkabul, dikarenakan saya berdoa untuk tidak memenangkannya?

Misal yang lain tertulis dalam catatan takdir, bahwa saya tidak akan memenangkan mobil, tetapi saya berdoa agar saya bisa memenangkan mobil. Pertanyaannya, dalam hal ini, apakah nasib (takdir) bisa berubah sehingga saya bisa untuk memenangkan mobil sebagai hasil dari doa tersebut?

Demikian pula urusan-urusan lain yang mencakup dalam hidup –seperti pekerjaan, perkawinan, uang, dan lain-lain– jika tidak tertulis dalam catatan takdir, apakah bisa terkabul melalui doa? Atau sebaliknya, jika telah tertulis di catatan takdir, apakah saya bisa menghindarinya jika saya tidak menghendakinya? Apakah takdir itu juga bisa berubah dikarenakan doa orang yang terzalimi? Apakah takdir bisa berubah juga karena ada sesuatu yang menghalanginya (semisal dosa, maksiat dll. -pen.)?

Intinya begini; apa saja yang telah ditakdirkan untuk saya di Lauhul Mahfuzh, entah itu yang baik maupun yang buruk, dosa, rizki, kebaikan atau kesengsaraan, apakah saya benar-benar akan melakukannya diluar kemauan saya, meskipun saya berusaha lari (menghindar) darinya dan tidak melakukan sebab-sebabnya? Saya banyak membaca, dan saya mencoba belajar banyak tentang hal ini, namun saya merasa gagal, dan saya tidak paham dengan permasalahan ini (takdir).

Mohon penjelasannya secara detail disertai contoh agar saya dapat memahaminya dengan baik. Karena permasalahan takdir, dan apa yang diperoleh seseorang di dunia ini sejak lahir sampai mati, saya belum memahaminya dengan baik. Semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan.

Jawaban:

         Alhamdulillah wash sholatu was salamu’ala rasulillah, wa ‘ala alihi wa shohbihi, amma ba’d:

Permasalahan takdir merupakan perkara yang sangat pelik. Kami telah menjelaskannya dalam banyak fatwa. Kami juga berulangkali telah menjawab permasalahan yang sama dengan apa yang ditanyakan oleh Anda, bahwa hubungan antara doa dan tercapainya apa yang diinginkan tak bisa lepas dari sebab-sebabnya. Seperti halnya rasa lapar, bahwa ia termasuk sesuatu yang telah ditakdirkan, kemudian untuk menghilangkan rasa lapar tersebut ialah dengan memakan makanan yang cukup, dan hal ini juga merupakan sesuatu yang ditakdirkan (namun tetap ada perbuatan di situ, sehingga jika kita ingin menghilangkan rasa lapar, ya harus makan. Ada aktifitas makan disitu -pen.).

Demikian pula dengan musibah, ia merupakan sesuatu yang sudah ditakdirkan, dan untuk mencegahnya ialah dengan berdoa, dan adanya doa itu sendiri juga merupakan sesuatu yang telah ditentukan. Dahulu para sahabat radhiyallahu’anhum pernah bertanya kepada Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam tentang ruqyah, “Apakah ruqyah itu benar-benar bisa menangkal/menolak takdir Allah?” Beliau pun menjawab, “Ruqyah itu sendiri adalah takdir Allah.”

Untuk lebih jelas dan memahami masalah ini, lihat fatwa berikut: 252931, 123662, 147471 (Di islamweb), atau Anda dapat membaca kitab: al-Qadha wal Qadr, karya Dr. Omar Al-Asyqar rahimahullah. Anda juga dapat meninjau fatwa kami tentang hal ini dengan menuliskan tema pembahasan yang sesuai dengan permasalahan; Di sana Anda akan menemukan jawaban atas banyak pertanyaan yang serupa tentang masalah penting ini.

Tak lupa pula kami menasihatkan kepada Anda untuk tidak mendalami persoalan takdir terlalu dalam, karena hal tersebut merupakan perkara yang sudah tercatat sejak dulu. Sebagian ulama mengatakan,

لا يسلم المؤمن في هذا الباب إلا بالتسليم.

“Seorang mukmin tidak akan selamat dalam masalah ini (takdir) melainkan dengan tasliim (menerima/berserah diri/cukup mengimaninya saja).”

 

Kami akan membawakan untuk Anda apa yang pernah disampaikan oleh al-Imam Ath-Thahawi rahimahullah dalam salah satu risalahnya yang terkenal tentang mengenai permasalahan akidah. Mengapa harus dibawakan? Karena perkataan beliau ini seperti halnya kendaraan bagi mereka yang menginginkan keselamatan dalam situasi berbahaya ini (masalah takdir). Beliau berkata,

“Islam tidak akan kokoh melainkan dengan berserah diri (kepada Allah, yakni beriman dengan apa yang telah Allah kabarkan). Barangsiapa berusaha mempelajari ilmu yang bisa membahayakannya, dan tidak puas dengan at-tasliim (berserah diri dengan apa yang telah Allah & Rasul-Nya kabarkan), maka tauhidnya akan terhalang (sehingga sulit untuk mentauhidkan Allah -pen), hilangnya pengetahuan yang jernih, hilangnya keimanan, hatinya akan ragu di antara keimanan dan kekufuran, serta ragu antara membenarkan (kabar dari Allah dan Rasul-Nya) atau mendustakannya, ragu pula antara mau mempercayai atau mengingkari, sehingga keimanannya hanya dipenuhi oleh keragu-raguan, tidak ada pada hatinya pembenaran secara mutlak (terhadap apa yang di kabarkan oleh Allah dan Rasul-Nya), sehingga sangat dikhawatirkan ia termasuk orang yang tidak beriman tidak pula kafir (karena keragu-raguannya itu).”

Beliau juga mengatakan, “Pada asalnya, takdir adalah rahasia Allah ta’ala. Tidak pernah ada malaikat yang dekat dengan Allah maupun Nabi yang mengetahui hal itu (takdir). Maka, berhati-hatilah terhadap hal itu dengan penuh pertimbangan dan pemikiran…, karena sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah mengharamkannya.

Allah ta’ala berfirman,

لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ

“Allah tidak akan ditanya atas apa yang Dia lakukan, sedangkan mereka akan ditanya (mengenai apa yang telah mereka lakukan).”[1]

Oleh karena itu, barangsiapa yang menanyakan, “Mengapa Allah melakukan ini dan itu?” Maka sungguh, ia telah mengingkari Al-Qur’an, dan barangsiapa yang mengingkari Al-Qur’an, maka ia termasuk orang-orang yang kafir.” Selesai nukilan.

Wallahu a’lam bish showwab.

Sumber:
https://islamweb.net/ar/fatwa/أصل-القدر-سر-الله-تعالى-في-خلقه

Alih Bahasa:
al-Faqiir Abu Yusuf Wisnu Prasetya, S.H

 

[1] QS. Al-Anbiya’: 23.

Related Posts

  • All Post
  • Doa-Doa
  • Kajian Islam
  • Khotbah Jumat
  • Muamala
  • Tanya Ulama
    •   Back
    • Akhlak
    • Fiqih
    • Hadis
    • Sirah Sahabat
    • Tafsir
    • Umum
    •   Back
    • Allah
    • Malaikat
    • Kitab
    • Rasul
    • Hari kiamat
    • Takdir
    •   Back
    • Sholat
    • Zakat
    • Puasa
    • Haji (Umrah)
    •   Back
    • Rukun Islam
    • Rukun Iman
    • Umum
    • Sholat
    • Zakat
    • Puasa
    • Haji (Umrah)
    • Allah
    • Malaikat
    • Kitab
    • Rasul
    • Hari kiamat
    • Takdir
Adobe Stock

June 17, 2025/

JAKARTA – Setiap orang, pasti akan merasa bahagia jika dicintai, termasuk meraih cinta Allah. Dia akan...

Edit Template

Yuk Subscribe Kajian Sunnah

You have been successfully Subscribed! Ops! Something went wrong, please try again.

Popular Posts

No Posts Found!

Trending Posts

No Posts Found!

© 2024 Kajiansunnah.co.id