
KEMERDEKAAN YANG HAKIKI
الحمدُ للهِ الَّذِي مَنَّ عَلَينَا بِصِحَّةِ الإِعْتِقَادِ، وَطَهَّرَ قُلُوبَنَا مِنْ أَدْرَانِ الشِّرْكِ وَالوَثَنِيَّةِ وَالإِلْحَادِ، وَأَنْقَذَنَا مِنْ دَرَكَاتِ الجَاهِلِيَّةِ وَالشَّرِّ وَالفَسَادِ. أَحْمَدُهُ تَعالى وَأَشْكُرُهُ، وَأَتُوبُ إِلَيهِ وَأَسْتَغْفِرُهُ جَلَّ عَنِ الأَنْدَادِ، وتَنَزَّهَ عَنِ الصَّاحِبَةِ وَالأَوْلَادِ، وَتَعالَى عَنْ مُشَابَهَةِ العِبَادِ.
وَأَشْهَدُ أَن لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ شَهَادَةً مَنْ عَلِمَ مَعْنَاهَا وَحَقَّقَ الْمُرَادَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ إِمَامُ الْمُوَحِّدِينَ، وَخَاتَمُ الأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَالهَادِي إِلَى سَبِيلِ الحَقِّ وَالرَّشَادِ. صلى اللهُ وَسلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيهِ وَعَلى آلِهِ وَصَحْبِهِ الأَمْجَاد، وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَومِ التَّنَادِ.
أَمَّا بَعد: فيا أَيهَا النَّاسُ، اتقوا الله حقَّ تُقَاتِه وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ!
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah …
Marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah dengan sebaik-baik takwa, dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Bersyukurlah kepada Allah atas segala kenikmatan yang telah Dia berikan, dan bertaubatlah hanya kepada Allah, atas segala dosa yang seringkali dilakukan di setiap harinya.
Shalawat beserta salam, semoga senantiasa tercurahlimpahkan kepada Nabi kita yang tercinta, Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam, beserta keluarganya, para sahabatnya dan umatnya yang senantiasa mengikuti sunnah-sunnah beliau hingga hari Akhir nanti.
Jemaah salat Jum’at yang kami hormati …
Kemerdekaan, merupakan cita-cita setiap warga negara di manapun mereka berada. Tidak ingin dijajah, tidak ingin diperbudak oleh warga negara lain, tidak ingin pula dipecah-belah sehingga terjadi pertumpahan darah. Ketahuilah, merdekanya suatu negara, merupakan kenikmatan besar yang sudah seharusnya dijaga dengan baik, oleh para penduduknya.
Jemaah salat Jum’at yang berbahagia …
Sebagai seorang hamba Allah yang beriman, makna dari kemerdekaan bukanlah semata terbebas dari penjajahan bangsa lain, akan tetapi, yang jauh lebih utama dari itu, ialah manakala seorang hamba bisa beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan nyaman, tentram dan tidak mendapatkan gangguan dari orang lain. Terbebas dari segala hal yang dapat menjauhkannya dari surga Allah subhanahu wa ta’ala.
Karena memang demikianlah maksud dan tujuan hidup manusia, yaitu untuk beribadah hanya kepada Allah ‘azza wa jalla.
وَمَا خَلَقْتُ الجِنَّ وَالإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ.
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56).
Jemaah rahimakumullah …
Setiap kita, ingin menjadi manusia yang merdeka dengan seutuhnya, bahkan rela mengorbankan harta dan nyawa demi mendapatkan kemerdekaan, karena kita paham betul, apabila tidak merdeka, maka berarti setiap saat siap untuk disiksa, dilucuti, dibentak, diusir, dihina, didiskriminasi atau bahkan sampai dihabisi. Oleh karenanya, kita sangat menginginkan yang namanya kemerdekaan.
Namun realitanya, tak sedikit di antara kita yang belum mengetahui apa itu kemerdekaan hakiki yang dicari. Banyak di antara kita yang belum bisa membedakan antara kemerdekaan hakiki dengan keterpurukan. Di mana dengan keadaan yang tidak tahu seperti ini, sangat dikhawatirkan kita jatuh terperosok pada kemerdekaan semu, sehingga, yang didapat hanyalah keterpurukan dan kehinaan. Wal’iyaadzubillaah.
Sidang Jumat yang dirahmati oleh Allah …
Merdeka dalam Islam, dimaknai dengan sikap ketundukan dan kepatuhan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, terbebas dari segala belenggu penjajahan sesama manusia, dan tidak terikat oleh amalan-amalan kesyirikan. Kemerdekaan semacam inilah yang dibawa oleh Nabi kita Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam, para sahabat beliau dan kaum Mukminin yang mengikuti jalan beliau.
Ketika peristiwa perang Qadisiyah terjadi, Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu’anhu memerintahkan Rabi’iy bin Amir untuk menghadap Rustum, seorang panglima perang dari Persia. Rustum pun bertanya kepada Rabi’iy mengenai tujuan kedatangannya beserta pasukan Islam ke wilayah yang ia kuasai. Maka, dengan lantang Rabi’iy menjawab,
اللهُ ابْتَعَثْنَا لِنُخْرِجَ مَنْ شَاءَ مِن عِبَادَةِ العِبَادِ إِلَى عِبَادَةِ اللهِ، وَمِن ضِيقِ الدُّنْيَا إِلَى سعَتِهَا، وَمِنْ جَوْرِ الأَدْيَانِ إِلَى عَدْلِ الإِسْلَامِ!
“Allah mengirim kami ke sini, untuk memerdekakan siapapun yang dikehendaki oleh-Nya dari penghambaan terhadap sesama manusia menuju penghambaan hanya kepada Allah. Kedatangan kami ke sini, untuk memerdekakan mereka dari dunia yang sempit menuju dunia yang luas, serta memerdekakan mereka dari kesewenang-wenangan agama lain menuju keadilan Islam!”
Kemerdekaan hakiki yang dimaksud ialah mentauhidkan Allah, mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala dalam ibadah, tidak mempersekutukan-Nya dengan satu apapun. Apabila tauhid ini dicampakkan, tidak dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, maka keterpurukan dan kehinaanlah yang akan dialami oleh umat dan bangsa.
أَقُولُ قَولِي هَذَا، وَأستغفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِجَمِيعِ المسلمين والمسلِمَات، فاستغفِروهُ إِنَّه هو الغَفُورُ الرَّحِيمُ.
Khotbah kedua
Alhamdulillah, wash sholatu was salamu’ala rasulillah …
Jemaah salat Jumat yang kami hormati …
Satu contoh nyata yang Allah kisahkan dalam Al-Qur’an dan harus kita jadikan sebagai pelajaran, ialah kisah Nabi Musa dengan Bani Israil. Di mana Nabi Musa ‘alaihis salam sukses memerdekakan kaumnya Bani Israil dari penjajahan dan penyembahan kepada Fir’aun yang mengaku sebagai Tuhan. Bani Israil pun berhasil menghirup udara segar kemerdekaan hakiki, setelah sekian lama menjalani penjajahan dan dipaksa untuk menyembah Fir’aun.
﴿ وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَومِهِ؛ يَا قَومِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيكُمْ إِذْ جَعَلَ فِيكُمْ أَنْبِيَآءَ وَجَعَلَكُمْ مُلُوكًا، وَآتَاكُمْ مَا لَمْ يُؤْتِ أَحَدًا مِّنَ العَالَمِينَ ﴾
“Ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya, ‘Wahai kaumku, kalian ingatlah nikmat Allah yang telah Dia berikan kepada kalian, yaitu ketika Dia menjadikan para Nabi dari kalian dan menjadikan kalian sebagai orang-orang yang merdeka. Ingatlah pula dengan nikmat Allah ketika Dia memberikan kepada kalian apa yang belum pernah sama sekali Dia berikan kepada seorang pun dari umat-umat terdahulu.’” (QS. Al-Ma’idah: 20).
Namun sayangnya, kemerdekaan yang Bani Israil rasakan tidak disyukuri. Pembangkangan dan penolakan seringkali dilakukan oleh mereka kepada Nabi Musa ‘alaihis salam. Tauhid yang didakwahkan oleh Nabi Musa, mereka khianati dengan menyembah patung anak sapi, sehingga, kemerdekaan yang telah mereka dapatkan menjadi sia-sia karena pengkhianatan. Mereka mengganti kemerdekaan yang hakiki dengan kesesatan dan keterpurukan, lantaran kesombongan dan pembangkangan mereka. Oleh karena itu, mereka dilaknat dan dimurkai oleh Allah di dunia maupun di akherat.
Jemaah salat Jum’at rahimakumullah …
Inilah akibat yang akan dirasakan jika tidak mentauhidkan Allah dan tidak mau bersyukur atas nikmat-Nya. Pertanyaannya; sudahkah kita meraih kemerdekaan yang hakiki? Jika jawabannya sudah, maka bersyukurlah dan ajak orang lain untuk ikut merasakannya, namun jika jawabannya belum, maka berusahalah untuk meraih kemerdekaan hakiki tersebut!
هَذَا وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا رَحِمَكُمُ اللهُ، عَلَى خَيرِ الأَنَامِ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ ﷺ، كَمَا أَمَرَكُمْ بِذَلِكَ رَبُّكُمْ سبحانه وتعالى ﴿ إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ﴾.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّد كَما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنَّك حميدٌ مَّجيد. وبارك على محمد وعلى آلِ مُحَمَّد كَما باركتَ على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنَّك حميدٌ مَّجيد. اللهم اغفر، للمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات، إنَّكَ قَرِيب سميع مجيبُ الدَّعوات، يا ربَّ العالمين. ربَّنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكوننَّ مِن الخاسرين. ربنا لا تُزِغْ قلوبنا بعد إذ هَدَيْتَنَا وَهب لَنا مِن لَّدُنكَ رَحمَةً إِنَّك أنتَ الوهَّاب. ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذابَ النَّار. وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين.
Dirangkum oleh:
al-Faqiir Abu Yusuf Wisnu Prasetya, S.H, isi pembahasan mengambil dari khotbah Jumat “Kemerdekaan Hakiki” yang ditulis oleh ust. Abdullah Zaen, Lc., M.A hafizhahullah dengan sedikit perubahan.