SENI DALAM “MENIKMATI” PROBLEMATIKA HIDUP

     Para ulama kita mengatakan, bahwa dunia itu daarul balaa’ (tempat yang penuh dengan ujian), dan ini benar, bahwa kebanyakan apa yang ada di dunia itu melelahkan, menyakitkan serta meresahkan.

Apakah semua manusia diuji?

         Jika dunia adalah tempatnya ujian, apakah berarti semua manusia yang ada di dalamnya diuji? Jawabannya iya. Sampai pun para Nabi dan Rasul ‘alaihimush shalatu was salam, mereka semua diuji, bahkan ujian mereka jauh lebih berat daripada yang dirasakan oleh umat mereka.

         Suatu hari, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah ditanya oleh salah seorang sahabat beliau,

يَا رَسُولَ اللهِ، أَيُّ النَّاسِ أَشّدُّ بَلَاءً؟

         “Wahai Rasul, siapakah manusia yang paling berat ujiannya?”

         Maka beliau shallallahu’alaihi wa sallam pun menjawab,

الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ.

         “Para Nabi kemudian orang-orang yang semisalnya dan semisalnya.”[1]

Seni dalam “menikmati” problematika hidup

         Setelah kita menyadari bahwa kehidupan ini penuh dengan ketidaknyamanan, kegundahgulanaan dan tempatnya berbagai macam ujian, maka sudah seharusnya bagi kita untuk mengetahui langkah-langkah yang tepat guna menghadapinya. Berikut beberapa langkah tersebut:

  1.     Istirjaa’

Langkah pertama yang sudah seharusnya ditempuh oleh seorang hamba ketika tertimpa musibah, ialah ber-istirjaa’  yaitu mengucapkan innaalillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun (sesungguhnya kami ini adalah milik Allah, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Allah).

Kalau misalnya ada orang titip sesuatu ke kita, lalu orang tersebut mengambil barang yang ia titipkan, boleh tidak kita marah ketika dia mengambilnya? Jawabannya jelas tidak boleh. Mengapa? Karena apa yang dia ambil adalah miliknya, dan hak dia untuk mengambilnya. Adapun kita, tidak memilikinya sama sekali.

Jika barang titipan manusia saja ketika diambil oleh pemiliknya kita tidak boleh marah-marah, apalagi titipan Allah? Maka jauh lebih tidak diperbolehkan marah. Ketahuilah, semua yang ada di alam semesta ini adalah milik Allah ‘azza wa jalla.

وَلِلّٰهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَإِلَى اللهِ الْمَصِيْرُ.

         “Milik Allah-lah seluruh Kerajaan langit dan bumi, dan hanya kepada-Nyalah seluruh makhluk akan kembali.”[2]

Kisah yang penuh hikmah

         Istirjaa’ adalah sikap yang diajarkan oleh Nabi kita, Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam ketika seorang hamba tertimpa musibah. Ummu Salamah[3] pernah mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيْبُهُ مُصِيْبَةٌ فَيَقُولُ؛ إِنَّا لِلّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ، اللّٰهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيْبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا، إِلَّا أَجَرَهُ اللهُ في مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا.

         “Setiap hamba yang terkena musibah, kemudian ia mengucapkan, ‘Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun, ya Allah berikanlah pahala atas musibah yang menimpaku, dan berikanlah ganti yang jauh lebih baik dari sebelumnya,’ niscaya Allah akan memberikan pahala baginya atas musibah yang menimpa dirinya, dan Allah akan mengganti (sesuatu yang hilang darinya) dengan sesuatu yang jauh lebih baik.”

         Terbukti. Apa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu’alaihi wa sallam kepada Ummu Salamah langsung ia praktekkan. Ketika suaminya meninggal dunia, Ummu Salamah merasa bahwa tidak ada sosok pria yang jauh lebih baik daripada suaminya yang sebelumnya, hingga pada akhirnya Allah memberikan taufik kepadanya, kemudian dia berdoa dengan doa tersebut, dan Allah pun hadirkan sosok lelaki yang jauh lebih baik dari suaminya yang pertama, yaitu Muhammad bin Abdillah shallallahu’alaihi wa sallam.

  1. Bersabar

Langkah kedua ialah bersabar. Setelah ber-istirjaa’ kepada Allah, maka di antara hal yang harus dilakukan oleh seorang hamba ialah bersabar atas ujian yang menimpa dirinya.

Orang yang bersabar, maka dia akan mendapatkan pahala yang luar biasa dari Allah subhanahu wa ta’ala. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an, bahwa Allah berfirman,

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ.

         “Sesungguhnya hanya orang-orang bersabarlah yang akan mendapatkan pahala tanpa batas.”[4]

  1. Husnuzhan (berbaik sangka)

Langkah yang ketiga ada kaitannya dengan langkah sebelumnya, yaitu ber-husnuzhan (berbaik sangka) kepada Allah ta’ala. Ketika seorang hamba tertimpa musibah, kemudian ber-istirjaa’ dan bersabar, maka dalam kesabarannya harus ia hadirkan pula husnuzhan kepada Allah. Yakinlah, bahwa segala hal yang Allah tetapkan pasti ada hikmahnya.

Selain itu, berbaik sangka merupakan salah satu cara untuk menentramkan jiwa dan meringankan musibah. Sebagian ulama mengatakan,

إِحْسَانُ الظَّنِّ بِالْمُسْلِمِ مِمَّا يُرِيحُ النَّفْسَ، وتَلَمُّسُ الأعذارِ مما يُهَوِّنُ الْمُصِيْبَةَ.

“Berbaik sangka terhadap sesama muslim akan menentramkan jiwa, dan mudah memberikan uzur akan meringankan musibah.”[5]

  1. Merahasiakan musibah dan tidak membicarakannya

Dalam sebuah riwayat disebutkan,

مِنَ البِرِّ: كِتْمَانُ الْمَصَائِبِ وَالأَمْرَاضِ وَالصَّدَقَةِ.

         “Termasuk bentuk kebaikan, adalah menyembunyikan musibah, sakit dan sedekah.”[6]

         Tidak membicarakannya bukan berarti tidak menceritakan musibah sama sekali. Terkadang, seseorang membutuhkan teman curhat untuk menceritakan permasalahannya, maka, carilah orang yang benar-benar bisa memberikan solusi dan dipercaya. Jangan sampai salah tempat ketika menuangkan permasalahan hidup.

         Mengapa harus pilah-pilih orang untuk dijadikan teman curhat? Karena tidak semua orang yang kita kenal akan ikut serta merasakan kesedihan yang kita alami. Bisa jadi dia malah senang dengan musibah yang kita alami. Oleh karena itu, mintalah petunjuk dan pertolongan kepada Allah ta’ala.

  1. Yakinlah, bahwa Allah memberikan sesuatu yang kita butuhkan, bukan sekedar yang kita inginkan

Pada umumnya, ketika seseorang meminta sesuatu kepada Allah, namun ternyata Allah tidak mengabulkan permintaannya, biasanya dia akan menganggap bahwa ini adalah musibah. Sehingga dengan anggapannya ini ia menjadi berburuk sangka kepada Allah dan meninggalkan doa. Tentu, ini adalah sikap yang salah.

Ketahuilah, bahwa Allah akan memberikan sesuatu yang kita butuhkan, bukan sekedar yang kita inginkan. Terkadang Allah memberikan sesuatu kepada kita di waktu yang tepat, bukan di waktu yang cepat, karena belum tentu sesuatu yang cepat itu tepat.

Perhatikan firman Allah ta’ala berikut,

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ. وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ.

         “Bisa jadi, apa yang tidak kalian sukai itu baik untuk kalian, dan sebaliknya, bisa jadi sesuatu yang kalian sukai itu buruk bagi kalian. Allah Maha mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui.”

Penulis:
al-Faqiir Abu Yusuf Wisnu Prasetya, S.H

 [1] HR. At-Tirmidzi, no. 2398, dan beliau menilai hadis ini hasan shahiih.

[2] QS. An-Nur: 42.

[3] Nama asli beliau adalah Hindun binti Abi Umayyah.

[4] QS. Az-Zumar: 10.

[5] Abdul Malik al-Qasim, al-Arba’uun Qaa’idah fii Hall al-Masyaakil, hal. 8.

[6] Namun ada yang menyatakan bahwa hadis ini dha’iif.

Related Posts

  • All Post
  • Doa-Doa
  • Kajian Islam
  • Khotbah Jumat
  • Muamala
  • Tanya Ulama
    •   Back
    • Akhlak
    • Fiqih
    • Hadis
    • Sirah Sahabat
    • Tafsir
    • Umum
    •   Back
    • Allah
    • Malaikat
    • Kitab
    • Rasul
    • Hari kiamat
    • Takdir
    •   Back
    • Sholat
    • Zakat
    • Puasa
    • Haji (Umrah)
    •   Back
    • Rukun Islam
    • Rukun Iman
    • Umum
    • Sholat
    • Zakat
    • Puasa
    • Haji (Umrah)
    • Allah
    • Malaikat
    • Kitab
    • Rasul
    • Hari kiamat
    • Takdir
Adobe Stock

June 17, 2025/

JAKARTA – Setiap orang, pasti akan merasa bahagia jika dicintai, termasuk meraih cinta Allah. Dia akan...

Edit Template

Yuk Subscribe Kajian Sunnah

You have been successfully Subscribed! Ops! Something went wrong, please try again.

Popular Posts

No Posts Found!

Trending Posts

No Posts Found!

© 2024 Kajiansunnah.co.id