
JAKARTA – Umat muslim di seluruh dunia gembira menyambut bulan Ramadan, yang penuh berkah dan pengampunan. Keistimewaan ini menjadikannya bulan yang sangat dinanti-nantikan kaum muslimin di muka bumi ini.
Bukan hal yang aneh jika kaum Muslimin sangat senang ketika mereka akan berjumpa dengan bulan Ramadan. Bukan hal yang norak jika mereka sangat bahagia ketika sampai di bulan Ramadan. Justru sebaliknya, sangatlah aneh jika ada seorang muslim, namun dia merasa sedih ketika bulan Ramadan datang.
Dia merasa sempit ketika bulan puasa tiba. Seakan-akan musibah besar telah menimpanya. Dia khawatir akan masalah rizki. Dia mengira, bahwa kedatangan Ramadan hanya akan menjadi malapetaka baginya, susah untuk mencari rizki atau tak bisa menikmati hidangan yang telah tersaji, adalah bencana besar bagi orang-orang yang tak suka dengan kedatangan Ramadan. Nas alullahas salamah wal ‘afiyah.
Mengapa Kaum Muslimin Begitu Gembira Menyambut Bulan Ramadan?
Karena Ramadan adalah bulan yang penuh dengan keistimewaan dan momen-momen berharga di dalamnya. Sulit bagi mereka untuk melupakan segala kenangan di Ramadan. Menyedihkan bagi mereka jika berpisah dengan bulan yang penuh ampunan.
Lihatlah para ulama kita terdahulu, di mana mereka sangat bersemangat untuk menyambut bulan Ramadan dan sangat sedih ketika berpisah dengannya. Enam bulan sebelum Ramadan tiba, mereka berdoa agar bisa bertemu dengannya.
كَانُوا يَدْعُونَ اللهَ تَعالَى ستة أشهر أن يبلغهم رمضان، يدعونه ستة أشهر أن يتقبل منهم.
“Dahulu mereka (para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) selama enam bulan berdoa kepada Allah ta’ala agar dipertemukan dengan Ramadan, dan mereka berdoa kepada Allah ta’ala selama enam bulan (setelah Ramadan berlalu), agar amalan-amalan mereka diterima oleh-Nya.”[1]
Harapan yang diperlihatkan oleh para sahabat Nabi shallallahu’alaihi wa sallam sungguh luar biasa. Hal ini dikarenakan mereka paham betapa istimewanya bulan Ramadan, sehingga mereka tidak ingin menyia-nyiakan waktu tersebut.
Di antara doa yang mereka langitkan kepada Allah ta’ala berbunyi,
اللَّهُمَّ سَلِّمْنِي إِلَى رَمَضَان وَسَلِّمْ لِي رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِّي مُتَقَبَّلًا.
“Ya Allah, hantarkanlah diriku sampai bulan Ramadan, hantarkanlah Ramadan kepadaku, dan terimalah amalan-amalanku di bulan Ramadan.”[2]
Selain dengan perasaan gembira yang luar biasa, Ramadan juga perlu disambut dengan kesalihan dan jauh dari perbuatan-perbuatan yang mungkar, seperti menyambutnya dengan orkes, ritual-ritual yang tidak ada tuntunannya dalam Islam, dan yang semisalnya. Jangan sampai kegembiraan kita hanya sebatas gembira tanpa diiringi dengan perbaikan jiwa. Jangan sampai kegembiraan kita melampaui batas, sehingga bukannya mendapat pahala namun malah dosa.
Jika Allah menghendaki diri kita sampai di bulan Ramadan, maka sambutlah ia dengan sebaik mungkin, bersyukurlah dan berdoalah kepada Allah ta’ala agar kita dimudahkan serta dikuatkan dalam menjalani ibadah di dalam bulan tersebut. Bersegeralah dan berlombalah dengan yang lain dalam menggapai ampunan Allah di bulan Ramadan.
﴿سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَ جَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَآءِ وَالأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا بِاللهِ وَرُسُلِهِ. ذَلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيْهِ مَن يَّشَآءُ. وَاللهُ ذُو الفَضْلِ العَظِيْمِ ﴾
“Berlomba-lombalah kalian dalam mendapatkan ampunan Allah dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah. Dia memberikannya kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Allah mempunyai karunia yang besar.”[3]
Allah ta’ala juga berfirman,
﴿ وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاواتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ ﴾
“Bersegeralah kalian dalam mencari ampunan dari Rabb kalian serta mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.”[4]
Ditulis Oleh:
Abu Yusuf Wisnu Prasetya, S.H
[1]Ibnu Rajab, Lathaa-if al-Ma’aarif, hal. 264.
[2]Ibid, hal. 264.
[3]QS. Al-Hadid: 21.
[4]QS. Ali Imran: 133.