MERAIH CINTA ALLAH

MERAIH CINTA ALLAH

JAKARTA – Setiap orang, pasti akan merasa bahagia jika dicintai, termasuk meraih cinta Allah. Dia akan merasa menjadi manusia paling istimewa di muka bumi ini, dia akan merasa sebagai sosok penting yang akan terus-menerus disayangi. Namun pernahkah kita merenung sejenak, selama ini, cinta siapakah yang kita kejar? Ingin dicintai oleh siapakh kita? Maka kita akan menemukan tersadarkan, bahwa ternyata selama ini kita hanya mengejar cinta makhluk dan berharap mereka memberikan cintanya pada kita. Meninggalkan sang Pencipta, sibuk dengan dunia.

Sebagai seorang Muslim sejati, cinta pertama yang harus ia perjuangkan, yang harus bisa ia dapatkan, adalah cinta Allah subhanahu wa ta’ala. Timbul pertanyaan, “Bagaimanakah caranya?” Di antaranya ialah dengan menjadi muslim yang kuat.

Seorang muslim yang kuat jauh lebih dicintai oleh Allah daripada muslim yang lemah. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda,

الْمُؤْمِنُ القَوِيُّ خَيرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيرٌ.

“Seorang mukmin yang kuat itu jauh lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun di setiap dari mereka memiliki kebaikan masing-masing.”[1]

Tentunya yang dimaksud kuat di sini ialah, kuat dalam ketaatan dan ibadah, semisal menjaga perintah-perintah yang wajib maupun sunnah.
Mungkin ada yang bertanya, “Apa manfaat dari orang yang dicintai oleh Allah?” Jawabannya banyak, di antaranya ialah dia akan selalu diarahkan pada kebaikan oleh Allah ta’ala. Ketika seorang hamba dicintai oleh Allah, maka Dia akan senantiasa membimbingnya dalam kebaikan.

Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadis Qudsi, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda,

وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا. وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ سْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ …

“Ketika Hamba-Ku senantiasa mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan amalan-amalan yang sunnah, maka dia pasti akan Aku cintai. Apabila Aku telah mencintai seorang hamba, maka Aku akan membimbing telinganya untuk mendengar hal-hal yang baik, Aku akan membimbing matanya untuk melihat sesuatu yang baik, Aku akan membimbing tangannya untuk melakukan perbuatan yang baik, dan Aku akan membimbing kakinya untuk melangkah ke tempat-tempat yang baik. Apabila dia meminta sesuatu kepada-Ku, niscaya Aku akan memberinya, dan apabila dia meminta perlindungan kepada-Ku, niscaya Aku akan melindunginya…”[2]

Selain itu, Allah subhanahu wa ta’ala juga akan mengumumkan kepada para penduduk langit, bahwa Dia mencintai orang tersebut sekaligus memerintahkan kepada mereka untuk mencintainya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda,

إِذَا أَحَبَّ اللهُ العَبْدَ، نَادَى جِبْرِيلَ، إِنَّ اللهَ يُحِبُّ فُلَانًا، فَأَحْبِبْهُ! فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ، فَيُنَادِي جِبْرِيلُ فِي أَهْلِ السَّمَاءِ: إِنَّ اللهَ يُحِبُّ فُلَانًا، فَأَحِبُّوهُ! فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ، ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ القَبُولُ فِي الأَرْضِ.

“Apabila Allah telah mencintai seorang hamba, maka Dia akan memanggil Jibril, lalu berkata, ‘Sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka engkau cintailah dia!’ Jibril pun mencintainya, kemudian ia menyeru kepada para penduduk langit seraya berkata, ‘Sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka kalian cintailah dia!’ Para penduduk langit pun mencintai orang tersebut. Maka, ia pun menjadi manusia yang diterima di bumi.”[3]

Para penduduk bumi maupun langit akan menerimanya, akan rida dengannya. Mereka akan merasa senang dengan kehadirannya, dan merasa sedih akan kepergiannya. Itulah wali Allah, yang senantiasa menjaga ketaatan dan ketaatan kepada Allah, serta menjaga diri dari hal-hal yang haram. Tidak ada rasa takut dan sedih pada dirinya. Surga dijanjikan untuknya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

﴿ أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللهِ لَا خَوفٌ عَلَيهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ۝ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ ﴾

“Ketahuilah, para wali Allah itu tidak ada kekhawatiran pada jiwa mereka tidak pula merasa bersedih hati, yaitu mereka orang-orang yang beriman dan bertakwa (kepada Allah).” (QS. Yunus: 62-63).
Ciri seorang hamba yang benar-benar mencintai Allah ‘azza wa jalla[4]

Sebagaimana pada umumnya, ketika seseorang mencintai sesuatu, maka dia akan berusaha untuk membuktikannya, dia akan rela melakukan apapun demi mendapatkan cinta dari sesuatu yang ia cintai. Tak peduli dengan celaan, yang terpenting dia merasa nyaman. Tak peduli dengan cacian, apapun akan dia usahakan.

Demikianlah seharusnya yang kita lakukan ketika mencintai Allah dan agar dapat cinta Allah. Ada bukti nyata yang kita usahakan untuk meraih cinta-Nya.

Berikut sepuluh hal yang menunjukkan bukti cinta seorang hamba kepada Rabb-nya tabaraka wa ta’ala, agar dapat cinta Allah:

1. Mencintai Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam

Seorang hamba yang mencintai Allah, maka dia akan mencintai Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa sallam. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an, bahwa Allah ta’ala berfirman,

﴿ قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ ﴾

“Katakanlah (wahai Muhammad), ‘Apabila kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian, dan Dia akan mengampuni dosa-dosa kalian. Sesungguhnya Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (QS. Ali Imran: 31).

Mengenai ayat ini, al-Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullah mengatakan, “Suatu kaum mengklaim diri mereka telah mencintai Allah, maka Allah menguji kecintaan mereka dengan ayat ini.”

Sedangkan al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, bahwa ayat ini sebagai penentu atas siapakah yang benar-benar mencintai Allah. Barangsiapa yang tidak berada di atas petunjuk Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam, maka sungguh dia telah dusta dalam cintanya sampai dia benar-benar mengikuti syariat yang dibawa oleh Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam.

2. Mencintai hamba Allah dari kalangan orang-orang istimewa yang mencintai-Nya dengan benar

Bukti kedua, ialah dengan mencintai para kekasih Allah, yang mana mereka mencintai Allah dan Allah mencintai mereka, yaitu semisal mencintai Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, para sahabat beliau dan orang-orang saleh. Mencintai mereka bukan dalam rangka ibadah, namun mencintai mereka dikarenakan kecintaan mereka kepada Allah.

3. Rida dengan apa yang telah Allah tetapkan

Demikianlah yang sudah seharusnya dilakukan oleh seorang hamba, dia rida dengan segala ketetapan Allah. Dia menerima segala hal yang ditakdirkan untuknya. Hal ini akan menjadi mudah jika kita sering berdoa sebagaimana permintaan yang dipanjatkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam kepada-Nya,

وَأَسْأَلُكَ الرِّضَاءَ بَعْدَ القَضَاءِ.

“Aku meminta keridaan kepada-Mu ya Allah sebelum ketetapan-Mu terjadi.”[5]

4. Mencintai Al-Qur’an dan senantiasa menyibukkan diri dengannya

Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah mengatakan, bahwa mencintai Al-Qur’an merupakan bukti nyata kecintaan seorang hamba kepada Allah. Apabila kita ingin mengetahui kadar cinta kepada Allah yang ada pada hati kita dan selain kita, maka lihatlah, apakah lebih senang untuk mendengarkan Al-Qur’an ataukah lebih condong kepada tempat-tempat hiburan yang dan perkataan yang melalaikan seperti halnya nyanyian yang teriring musik.

5. Menyibukkan diri dengan kebaikan dan berhias dengan akhlak yang terpuji

Mengapa harus memiliki akhlak terpuji? Jawabannya ialah, karena ia merupakan tanda baiknya seorang hamba. Ketika akhlaknya baik, maka Allah pun akan mencintainya. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda,

إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا.

“Sesungguhnya yang paling baik di antara kalian adalah yang paling mulia akhlaknya.”[6]

6. Menggabungkan antara tauhid dengan amalan yang bisa mendatangkan cinta Allah

Maksudnya ialah, tidak bersandar “penuh” dengan keutamaan tauhid sampai-sampai meninggalkan sunnah, di mana amalan tersebut padahal memiliki keistimewaan yang sangat luar biasa di sisi Allah dan bisa mendatangkan cinta-Nya.

7. Menyibukkan diri dengan bermunajat sebagai wujud cinta Allah

Di antara bentuk munajat paling afdal lagi nikmat, ialah dengan menunaikan salat malam. Meskipun hanya dengan dua rakaat, lakukanlah. Itulah saat-saat di mana kenikmatan ibadah begitu sangat mudah untuk dirasakan. Kecintaan akan hadir dari yang mencintai maupun yang dicintai. Dan pada saat itu pula, segala hajat (keinginan) seorang hamba akan lebih mudah dikabulkan oleh-Nya.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda,

إِنَّ فِي الليلِ لَسَاعَةً، لَا يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ يَسألُ اللهَ خَيرًا مِن أَمْرِ الدُنْيَا والآخِرَةِ إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَذَلكَ كُلَّ لَيلَةٍ.

“Sesungguhnya di malam hari itu ada satu waktu, yang apabila seorang muslim meminta kepada Allah mengenai perkara dunia maupun akheratnya, niscaya Allah akan mengabulkannya. Hal tersebut akan selalu ada di setiap malamnya.”[7]

8. Menyibukkan diri dengan ketaatan

Ketaatan yang paling utama, ialah dengan menjalankan salat. Seorang hamba yang mencintai Allah, maka dia akan merasa nyaman dengan ibadah salat. Tidak menjadikannya sebagai beban kehidupan. Dia menjadikan salat sebagai amalan penyejuk mata, sebagaimana yang dirasakan oleh panutannya, Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam, di mana beliau pernah bersabda,

وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَينِي فِي الصَّلاةِ

“Ibadah salat telah dijadikan sebagai penyejuk pada mata hatiku.”[8]

9. Menyesal ketika meninggalkan ketaatan agar dapat cinta Allah

Di antara bukti kecintaan seorang hamba kepada Allah, ialah jiwanya menyesal ketika meninggalkan ketaatan. Dia akan merasakan kesedihan yang mendalam. Dia merasa telah kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya.

Nafi’ pernah menceritakan tentang Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma yang tertinggal salat berjemaah, maka beliau akan menghidupkan malamnya dengan ibadah.

10. Merasa sedih ketika melanggar sesuatu yang diharamkan oleh Allah

Bukti terakhir yang menunjukkan kecintaan seorang hamba kepada Allah, ialah dia merasakan kesedihan yang begitu mendalam ketika terjerumus dalam perbuatan yang haram.

Demikianlah sepuluh tanda yang menunjukkan seseorang benar-benar cinta Allah ‘azza wa jalla. Sudahkah tanda-tanda tersebut ada pada diri kita?

Ditulis oleh: Abu Yusuf Wisnu Prasetya, S.H

[1] HR. Muslim, no. 47.
[2] HR. Al-Bukhari, no. 6502.
[3] HR. Al-Bukhari, no. 3209.
[4] Disarikan dari: https://www.alukah.net/sharia/0/131408/’Asyru_Min_’Alaamaati_Hubbil_’Abdi_Lirabbihi
[5] HR. An-Nasa’i, no. 1305. Dinilai shahiih oleh Syekh al-Albani.
[6] HR. Al-Bukhari, no. 6035.
[7] HR. Muslim, no. 757.
[8] HR. An-Nasa’i, no. 3940. Dinilai shahiih oleh Syekh al-Albani.

Related Posts

  • All Post
  • Doa-Doa
  • Kajian Islam
  • Khotbah Jumat
  • Muamala
  • Tanya Ulama
    •   Back
    • Akhlak
    • Fiqih
    • Hadis
    • Sirah Sahabat
    • Tafsir
    • Umum
    •   Back
    • Allah
    • Malaikat
    • Kitab
    • Rasul
    • Hari kiamat
    • Takdir
    •   Back
    • Sholat
    • Zakat
    • Puasa
    • Haji (Umrah)
    •   Back
    • Rukun Islam
    • Rukun Iman
    • Umum
    • Sholat
    • Zakat
    • Puasa
    • Haji (Umrah)
    • Allah
    • Malaikat
    • Kitab
    • Rasul
    • Hari kiamat
    • Takdir
Adobe Stock

June 17, 2025/

JAKARTA – Setiap orang, pasti akan merasa bahagia jika dicintai, termasuk meraih cinta Allah. Dia akan...

Edit Template

Yuk Subscribe Kajian Sunnah

You have been successfully Subscribed! Ops! Something went wrong, please try again.

Popular Posts

No Posts Found!

Trending Posts

No Posts Found!

© 2024 Kajiansunnah.co.id